"Sektor pariwisata di dunia terus memerlukan tenaga yang terampil atau profesional. Peluang tenaga kita sangat terbuka untuk memenuhi kebutuhan tersebut," kata Pitana pada seminar nasional "Kebutuhan Pendirian Perguruan Tinggi Pariwisata Negeri di Indonesia" di STP Nusa Dua, Bali, Jumat (5/12/2014).
Ia mengatakan pengembangan sekolah atau perguruan tinggi pariwisata tidak saja di Pulau Jawa dan Bali, akan tetapi pendirian perguruan tersebut juga di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur.
"Kementerian Pariwisata terus membangun perguruan tinggi pariwisata untuk wilayah Indonesia bagian tengah dan timur antara lain di Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Selawesi Selatan, dan Kalimantan," ucap mantan Kepala Dinas Pariwisata Bali itu.
Menurut Pitana, tenaga pariwisata untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja masih kurang seiring dengan perkembangan sektor industri pariwisata di Tanah Air.
"Semua daerah memiliki sektor pariwisata alam dan seni budaya, karena itu daerah-daerah terus berpacu untuk membangun fasilitas penunjang pariwisata, baik hotel dan restoran," katanya.
Pitana memaparkan, dengan semakin banyaknya fasilitas penunjang pariwisata tersebut tentu kebutuhan tenaga terampil dan profesional semakin banyak diperlukan. "Berdasarkan data yang kami dapatkan kebutuhan tenaga terampil semakin meningkat untuk di sektor pariwisata. Termasuk pesanan lulusan dari Sekolah Tinggi Pariwisata (STP)," ucapnya.
Byomantara mengatakan ribuan alumninya sebagian besar sudah bekerja di sektor pariwisata di Indonesia dan luar negeri. Dengan demikian pihaknya terus berpacu dalam meningkatkan kurikulum pendidikan. "Dalam menerapkan kurikulum pendidikan kami juga meningkatkan sumber daya pengajar (dosen) dengan menerapkan standar kompetensi," katanya.
Seminar nasional sehari tersebut menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten antara lain mantan Menbudpar Gede Ardhika, Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang, dan Gubernur NTB Zainul Majdi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.