Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya ke Bogor, Jenis Anggrek Terbesar di Dunia Sedang Mekar

Kompas.com - 10/02/2016, 16:08 WIB
Muhammad Irzal A

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Di bawah intensitas hujan yang tinggi, anggrek raksasa di Kebun Raya Bogor (KRB) menunjukan keindahannya. Bunga tersebut merupakan jenis anggrek terbesar di dunia.

Jika berminat melihatnya, Anda harus buru-buru. Sebab, bunganya hanya bertahan maksimal dua minggu. Sedangkan untuk mekar, harus memakan waktu selama 2 tahun.

Tumbuh berderatan di seberang masjid dalam KRB, lokasinya cukup mudah diakses melalui pintu tiga. Terletak di seberang Taman Perlintasan Bogor, di pertemuan antara Jalan Pajajaran dengan Jalan Jalak Harupat, pintu tersebut berseberangan dengan Pangrango Plaza. KRB sendiri berada di samping Istana Bogor, terletak di tengah-tengah kota hujan tersebut.

Mekar di ketinggian sekitar tiga meter, pengunjung harus melihat ke atas untuk menikmati bunga-bunganya. Jika berjalan sekilas pohon ini kurang mencolok karena ketinggiannya tersebut.

Namun, jika pengunjung melihat ke atas, terlihat anggrek yang ukurannya tidak lazim tersebut. Untuk mengamatinya, pengunjung dapat membaca informasi singkat yang terdapat di papan informasi di bawah pohon anggrek tersebut.

Anggrek raksasa ini dikenal dengan sebutan anggrek macan karena keindahan bunganya saat mekar menyerupai corak macan. Sering juga disebut anggrek tebu karena tekstur batangnya yang seperti tebu.

Sedangkan jenisnya sendiri ialah grammatophyllum speciosum, jenis anggrek yang berasal dari pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Kebun Raya Bogor sendiri memiliki satu marga anggrek dengan tiga jenis yang berbeda.

Sejak zaman penjajahan, tanaman ini sudah ada di Kebun Raya Bogor, seperti yang dikatakan Sofi, Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di KRB yang khusus menangani anggrek dan bunga raflesia.

“Kalau ditanya sejak kapan dibudidayakan, tanaman ini di Kebun Raya sudah ada sejak zaman Belanda. Harus lihat arsip-arsip zaman itu dulu saya,” ujar Sofi, saat dihubungi KompasTravel, Senin (8/2/2016).

Sedangkan disebut raksasa karena memiliki ukuran yang sangat besar dibanding anggrek pada umumnya. Dengan panjang batang yang menjuntai ke bawah hingga 3 meter, dan panjang daunnya sendiri mencapai 50-100 meter. Hebatnya lagi tanaman ini sekali berbunga berjumah 50-100 kuntum di tangkai bunganya yang bisa mencapai 2 meter.

Sofi mengatakan, meskipun hanya mekar setiap dua tahun sekali, untuk merawat tanaman ini tidak memerlukan perlakuan khusus. Namun, harus menemukan tempat berkembang yang pas.

“Perawatannya tidak susah, hanya harus menemukan mikroklimat yang pas dan cocok. Jika mikroklimat-nya cocok, didiamkan saja sudah tumbuh sesuai. Kayak di depan masjid itu gak diapa-apain, sudah cocok,” ujar Sofi.

Mikroklimat merupakan kondisi iklim mikro sekitar tempat tumbuhnya tanaman yang tentunya dapat memengaruhi tumbuh kembang tanaman tersebut. Seperti suhu udara, curah hujan, dan kelembapan.

Anggrek merupakan tanaman epifit atau tumbuhan yang hidup "menumpang" alias menempel pada inang, tetapi tidak mengambil makanan dari inangnya tersebut. Anggrek raksasa pun tumbuh di pohon-pohon yang memiliki batang kokoh dan besar.

“Karena ukurannya yang besar, memerlukan tempat tumbuh yang besar pula. Bisa apa saja pohonnya asal bisa kuat menopang tubuhnya,” ujar Sofi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Travel Update
Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Travel Update
Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Story
10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

Jalan Jalan
Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Travel Update
Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Travel Update
3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

Travel Update
Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Hotel Story
iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

Travel Update
9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

Jalan Jalan
Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Travel Update
6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

Travel Tips
Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Travel Update
China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

Travel Update
Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com