Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyatu di Sulawesi Utara: Dari Keindahan Alam, Kekayaan Biodiversitas, Hingga Kultur Eksotis

Kompas.com - 06/05/2016, 21:37 WIB

Tim Redaksi

MANADO, KOMPAS.com - Sulawesi Utara begitu identik dengan Bunaken. Keindahan bawah air di taman laut nasional itu terlanjur tersohor.

Dari rata-rata 16.000 kunjungan turis per tahun yang menyambangi Sulut, sebagian besar punya satu tujuan: menyelam di Bunaken dan datang ke Manado.

Bahkan di beberapa publikasi international, Sulut dikenal hanya karena penjelasan soal di mana Bunaken berada. Padahal Manado hanyalah kota seluas 1,1 persen dari seluruh wilayah Sulut dengan luas wilayah 13.851 kilometer persegi.

Provinsi ini menjadi tempat hidup tiga etnis besar yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakatnya, serta budaya yang membuat ritme hidup mereka begitu cair. Tak hanya kekayaan alam dan kultur, Sulawesi Utara juga dikenal dengan kekayaan biodiversitas.

Keramahan dan sikap terbuka adalah jamak bagi etnis Minahasa, Sanger dan Bolaang Mongondow. Ketiga etnis yang membuat masyarakat Sulut membuka diri bagi siapapun yang mengunjungi tanah mereka.

Kompas.com/Ronny Adolof Buol Pantai yang indah di pulau Tumbak, Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara.
Sepadan dengan asal katanya, Manado sebenarnya adalah tempat berkumpul. Adalah para musafir Portugis yang melakukan ekspansi melalui laut mendatangi negeri ini sejak Bandar Malaka didatangi D’Abulquergue pada 1511, yang membuka jalur laut menuju gugusan kepulauan Maluku.

Bangsa Spanyol mengikutinya melalui jalur ujung Benua Amerika-Selatan melintasi Samudera Pasifik dan mendarat di Kepulauan Sangir Talaud di Laut Sulawesi. Spanyol kemudian menjadikan Pulau Manado Tua sebagai tempat persinggahan.

Pulau yang diyakini bermulanya Kerajaan Bowontehu yang oleh Nicolaas Graafland (1868), pendeta asal Belanda dalam bukunya De Manadorezen 1868, mencatat kekuasaan Bowontehu hingga ke pulau-pulau di Sangihe, pesisir pantai Minahasa, Bolaang Mongondow, bahkan hingga ke Teluk Tomini di Sulawesi Tengah.

Kompas.com/Ronny Adolof Buol Pulau Manado Tua terlihat dari daratan Kota Manado. Pulau ini menjadi salah satu ikon Manado.
Oleh karena itu memperbincangkan Manado, sejatinya adalah mengulas wilayah ketiga etnis itu bermukim. Etnis Sanger mendiami pulau-pulau di wilayah Nusa Utara, sebuah daerah yang berbatasan dengan Filipina.

Kekayaan bahari

Kekayaan bahari adalah kekuataan mereka. Sementara etnis Minahasa mendiami wilayah yang tersebar di daratan walau sebagian penduduknya juga tinggal di pesisir. Pertanian adalah topangan hidup mereka.

Sementara Bolaang Mongondow adalah wilayah yang berbatasan dengan Gorontalo, yang mampu memelihara nilai-nilai kultur mereka hingga sekarang. Peranan Kota Manado sejak pendudukan Spanyol menonjol sebagai pusat logistik bahan pangan, terutama komoditi beras yang dihasilkan pedalaman Minahasa.

Kapal-kapal VOC untuk pertama kali memasuki Bandar Manado pada 1607. Mereka membeli beras dan bahan pangan lainnya yang diperlukan sebagai bekal bagi perjalanan menuju daratan China.

Dari kapal-kapal itu pulalah kemudian para misionaris menyebarkan ajaran Protestan yang kelak menjadi agama paling dominan di Sulawesi Utara. Agama Islam mulai dikenal di Manado sejak 1684 saat VOC membawa buruh-buruh untuk mendirikan brikade atau benteng kayu.

Kompas.com/Ronny Adolof Buol Perahu bercadik khas daerah Nusa Utara terparkir di salah satu pantai yang indah di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.
Para Saudagar Arab kemudian mempertegas kehadiran Islam di Manado dengan usaha dagang mereka sekitar tahun 1740. Perkampungan Islam pun terbentuk di bagian Timur Benteng Amsterdam yang didirikan Belanda di muara sungai Tondano.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Travel Update
Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Travel Update
7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com