Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lydia Malinda, Menjaga Harkat Tenun Sasak

Kompas.com - 20/07/2016, 11:52 WIB

KURANGNYA penghargaan terhadap tenun sasak, bahkan oleh penenunnya sendiri, membuat Lidya Malinda (36) prihatin. Dia berjuang mengangkat harkat tenun warisan leluhur itu. Seiring terangkatnya harkat tenun, terangkat pula kesejahteraan para perajinnya, yakni kaum perempuan Sasak.

Lidya ingat betul falsafah hidup yang diajarkan orangtuanya. Salah satunya, perempuan Sasak harus pandai menenun atau menyesek. Keterampilan menenun bahkan menjadi syarat utama bagi perempuan untuk memasuki jenjang pernikahan atau layak dipersunting laki-laki.

Setelah menikah dan mulai membina rumah tangga baru, perempuan Sasak hanya dibekali alat tenun dan bahan benang. Masyarakat suku Sasak percaya, dengan menenun, kaum perempuan mampu mencapai kemandirian ekonomi. Mereka tak perlu bergantung pada suami.

Di tempat tinggal Lydia, di Dusun Bun Mudrak, Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, hampir semua perempuannya bisa menenun. Mereka bekerja dari pagi hingga sore hari dan hanya istirahat saat makan atau waktu shalat.

Setiap penenun memerlukan waktu dua minggu hingga sebulan untuk menghasilkan selembar kain, tentu saja tergantung motif dan bahan benang. Setiap motif memiliki kerumitan tersendiri. Begitu pula dengan bahan benang, memiliki tantangan berbeda pada setiap jenisnya, seperti benang sutra dan benang emas.

Kain tenun yang sudah jadi lazimnya dijual kepada pengumpul (sebutan untuk pengepul barang). Namun, harga jual tenun tak menentu. Dalam kondisi terdesak kebutuhan ekonomi, penenun kerap mengabaikan harga, dan lebih mengejar uang.

Selembar kain tenun motif kembang komaq, misalnya, pada kondisi normal dijual Rp 250.000-Rp 300.000 per lembar. Namun, dalam keadaan terdesak kebutuhan, terkadang penenun melepas kainnya dengan harga di bawah Rp 200.000 bahkan Rp 150.000 per lembar. Alhasil, mereka hanya mengantongi Rp 90.000 hingga Rp 140.000 karena dipotong modal beli benang Rp 60.000.

Dengan proses pembuatan yang memakan waktu dua minggu atau 14 hari, tenaga dan kreativitas mereka hanya dihargai Rp 10.000 per hari. Ini lebih rendah dari buruh di sawah yang upahnya Rp 20.000 per hari. Rata-rata penenun bekerja delapan jam dalam sehari.

Hasil penjualan kain tenun itu harus dibelikan benang baru agar mereka bisa kembali bekerja. Hanya sebagian kecil yang dipakai belanja kebutuhan rumah tangga. Itu pun hanya cukup beli lauk dan barang kebutuhan harian.

Lydia prihatin dengan rendahnya daya tawar penenun Sasak. Dia pun terpanggil membantu mengembalikan daya tawar perempuan Sasak dan harkat tenun agar tak makin merosot. Awalnya, dia membantu sang ibu mengumpulkan kain dari para penenun.

”Kain-kain tenun itu dibeli secara tunai, tidak kredit. Banyak pengumpul yang baru memberikan uang setelah kainnya laku, tetapi kami tidak. Ibu juga membelinya dengan harga di atas harga yang diberikan oleh pengumpul, sehingga penenun tertarik melepas kainnya,” ujar Lydia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering Sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering Sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Travel Update
7 Hotel Dekat Stasiun Gambir, Mulai Rp 125.000

7 Hotel Dekat Stasiun Gambir, Mulai Rp 125.000

Travel Update
Wisata ke Arab Saudi Kini Bisa Pakai Visa Umrah

Wisata ke Arab Saudi Kini Bisa Pakai Visa Umrah

Travel Update
Promo Pameran Saudi Tourism Authority, Diskon Umrah hingga Rp 3 Juta

Promo Pameran Saudi Tourism Authority, Diskon Umrah hingga Rp 3 Juta

Travel Update
Wisatawan Nekat Kunjungi Tangga Haiku di Hawaii meski Sudah Ditutup

Wisatawan Nekat Kunjungi Tangga Haiku di Hawaii meski Sudah Ditutup

Travel Update
P'Narach Food and View, Resto dengan Konsep Unik di Kabupaten Semarang

P'Narach Food and View, Resto dengan Konsep Unik di Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
Bandara di Jepang Ini Tidak Pernah Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun

Bandara di Jepang Ini Tidak Pernah Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun

Travel Update
Air Terjun Dolo: Pesona Alam Lereng Gunung Wilis di Kabupaten Kediri

Air Terjun Dolo: Pesona Alam Lereng Gunung Wilis di Kabupaten Kediri

Jalan Jalan
5 Tempat Wisata Dekat Simpang Lima Semarang, Bukan Cuma Lawang Sewu

5 Tempat Wisata Dekat Simpang Lima Semarang, Bukan Cuma Lawang Sewu

Jalan Jalan
25 Hotel Terbaik di Dunia 2024 Versi TripAdvisor, Ada dari Indonesia

25 Hotel Terbaik di Dunia 2024 Versi TripAdvisor, Ada dari Indonesia

Hotel Story
Barang yang Paling Sering Ditinggal Wisatawan di Bandara, Apa Saja?

Barang yang Paling Sering Ditinggal Wisatawan di Bandara, Apa Saja?

Travel Tips
3 Syarat Wajib Ada di Destinasi MICE, Salah Satunya Venue

3 Syarat Wajib Ada di Destinasi MICE, Salah Satunya Venue

Travel Tips
5 Kolam Renang di Depok, Lengkap dengan Informasi Harga Tiket

5 Kolam Renang di Depok, Lengkap dengan Informasi Harga Tiket

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com