Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kotabaru, Hunian Berkonsep Garden City sejak Zaman Belanda

Keberadaan bangunan peninggalan Belanda ini menjadikan wilayah Kotabaru sebagai kawasan heritage. Banyaknya bangunan-bangunan arsitektur kuno bergaya Eropa di kawasan Kotabaru, tak lepas dari sejarahnya.

Dosen Prodi Sejarah Universitas Sanata Dharma (USD) Silverio RL Aji Sampurno menjelaskan, pembangunan kawasan Kotabaru dimulai pada tahun 1917.

"Kotabaru dibangun dengan konsep garden city. Arsiteknya Thomas Karsten," ujar Silverio saat ditemui Kompas.com, Jumat (13/10/2017)

Thomas Karsten merupakan seorang arsitek dan perencanaan wilayah permukiman. Sebagai seorang arsitek terkemuka di zaman itu, Thomas Karsten terlibat dalam perencanaan beberapa proyek pembangunan di berbagai kota, seperti Batavia, Pasar Johar Semarang, hingga Stasiun Solo Balapan.

Menurut Silverio, berbeda dengan Batavia yang mirip kota-kota di Belanda, Thomas Karsten membangun Kotabaru dengan mencontoh London, Inggris, meskipun arsitektur bangunannya bergaya Eropa secara umum.

"Saya melihatnya kalau mirip Belanda itu ya Batavia, Kota Tua. Kalau yang di sini, iya bergaya Eropa, hanya yang dicontoh oleh Thomas Karsten bukan di Belanda tetapi yang di London," tegasnya.

Latar belakang pembangunan Kotabaru tidak lepas dari banyaknya orang-orang Eropa terutama Belanda yang mulai hijrah ke Yogyakarta setelah munculnya Undang-undang Agraria tahun 1870. Undang-undang agraria ini membuat orang-orang Belanda mempunyai kesempatan untuk membuka lahan-lahan perkebunan.

"Mereka awalnya memulai cultuurstelsel yang lantas dianggap merugikan rakyat bumiputra, lalu muncul UU Agraria tahun 1870. Munculnya UU Agraria membuat orang-orang dari Eropa terutama Belanda mempunyai peluang untuk menyewa lahan," kata Silverio.


Peluang tersebut, lanjut dia, lalu dimanfaatkan untuk membuka lahan-lahan perkebunan, termasuk di wilayah sekitar Yogyakarta, seperti perkebunan tebu. Untuk mendukung perkebunan tersebut, dibangunlah beberapa pabrik pengolahan tebu di beberapa lokasi.

Beberapa di antaranya yang ada di sekitar Yogyakarta, yakni Pabrik Gula Padokan yang sekarang menjadi Madukismo, Pabrik Gula Wonocatur yang saat ini menjadi museum Dirgantara, Pabrik Gula Gondang Lipuro di Ganjuran, Bantul; Pabrik Gula Sewu Galur di Kulonprogo; Pabrik Gula Cebongan, Sleman; Pabrik Gula Klaci Godean, Sleman; Pabrik Gula Beran, Sleman; dan Pabrik Gula Sedayu, Bantul.

"Akhirnya orang-orang Eropa, terutama Belanda, yang datang cukup signifikan. Mereka otomatis membutuhkan tempat tinggal yang layak dan sesuai dengan orang Eropa terutama Belanda," ucapnya.

Melihat jumlah yang meningkat signifikan, lanjut Silverio, Pemerintah Hindia Belanda berinisiatif mencari lahan untuk hunian. Pemerintah Hindia Belanda lantas bertemu dengan Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB VII untuk membicarakan mengenai lahan yang akan dibangun sebagai kawasan hunian.


"Tahun 1917 bukan patokan pembangunan tetapi lebih pada perjanjian antara Belanda dengan Sultan HB VII dan mendapatkan untuk lahan yang akan dibangun, Kotabaru itu. Tapi memang di tahun itu juga pembangunan Kotabaru dimulai," katanya.

Wilayah Kotabaru yang dibangun pada sisi Barat berbatasan dengan Kalicode, sisi Timur berbatasan dengan Rumah Sakit Petronella (sekarang RS Bethesda), sisi selatan berbatasan dengan Lempuyangan, dan sisi Utara berbatasan dengan Gramedia saat ini.

Lokasi ini, lanjut dia, dipilih karena strategis berada di tengah kota tetapi jauh dari lokasi militer, yakni Benteng Vredeburg dan rumah residen yang sekarang ini menjadi Gedung Agung.

"Kenapa lokasi ini dipilih? Karena mereka ini orang liberal yang murni bisnis sehingga tidak mau terganggu dengan urusan pemerintahan dan politik. Mereka tidak mau dekat dengan Benteng Vredeburg dan rumah residen," tutur Silverio.

Desain bangunan kawasan Kotabaru semua disesuaikan dengan kondisi iklim Indonesia yang tropis. Pintu dan jendela dibuat berukuran besar dan eternit yang tinggi sehingga sirkulasi udara menjadi baik.

"Bangunan yang ada di Kotabaru berciri yang sekarang kita sebut budaya Indis, percampuran antara budaya lokal dengan budaya Eropa. Karena iklimnya tropis, mereka membuat sirkulasi udaranya lebih agak lebar, jendela dan pintu besar, eternitnya tinggi," katanya.

Mengusung konsep garden city, kawasan Kotabaru dilengkapi dengan boulevard dan banyak jalan-jalan arteri. Dibangun pula berbagai fasilitas yang lengkap, seperti pusat olahraga yang sekarang dikenal dengan Kridosono. Di pusat olahraga ini terdapat seperti lapangan bola dan lapangan tenis.

Selain pusat olahraga dibangun juga gedung sekolahan. Ada sekolah Algemeene Middelbare School (AMS) yang saat ini menjadi SMAN 3 Yogyakarta, Christelijke MULO School yang saat ini menjadi SMA Bopkri I, Normal School yang saat ini menjadi SMP 5.

Dibangun pula Rumah Sakit Petronella yang sekarang menjadi Rumah Sakit Bethesda, serta ada pula tempat ibadah yang pertama, yaitu Gereja Kristen. Setelah itu, Gereja Katolik dibangun, sekarang menjadi Gereja Kotabaru.

"Nama-nama jalan di Kotabaru menggunakan nama Gunung di Jawa dan sungai di Jawa, seperti Sindoro Laan, Merapi Laan, Oengaran Laan, Soembing Laan. Ada juga Opak Weg lalu Progo Weg," ungkap Silverio.

Berbeda dengan kondisi saat ini, konsep bangunan hunian di kawasan Kotabaru didesain tidak berpagar. Tujuanya agar hubungan sosial dan komunikasi diantara mereka terjalin dengan baik.


"Kompleksnya memang dibuat senyaman mungkin, agar mereka tidak terlalu kangen dengan asalnya. Jadi fasilitasnya dibuat lengkap dan hubungan sosialnya mereka juga dikondisikan agar tidak ada jarak hingga nyaman ditinggali," ucapnya.

Berubah fungsi

Menurut Silverio, warga Eropa, terutama Belanda, mulai meninggalkan kawasan Kotabaru setelah Jepang masuk pada tahun 1942. Kawasan Kotabaru pun mulai berubah fungsi dengan menjadi perkantoran militer.

"Jepang masuk tahun 1942, orang-orang ini masuk ke tahanan dan itu semua berubah fungsi. Ada untuk perkantoran, terutama kantor militer, gudang senjata pokoknya untuk kepentingan Jepang," ucapnya.

Sementara itu, Lurah Kotabaru, Riyan Wulandari menambahkan Kotabaru menjadi saksi peristiwa bersejarah. Peristiwa itu diabadikan dengan monumen perjuangan "Serbuan Kotabaru" 7 Oktober 1945.

"Para pemuda mengejar rapat, untuk merencanakan menguasai markas Jepang di Kotabaru. Terjadi pertempuran dan para pemuda berhasil menguasai markas Jepang serta merampas berbagai senjata," katanya.

Kotabaru kala itu didesain menyerupai dengan kota-kota besar di dunia saat itu. Sebagai kompleks hunian berkonsep garden city, Kotabaru dilengkapi berbagai fasilitas yang komplet dan mudah dijangkau. Termasuk adanya taman bunga dan pohon-pohon yang besar.

Seriring berjalannya waktu saat ini kawasan Kotabaru yang berada di jantung kota selain sebagai pemukiman juga menjadi kawasan terbuka hijau serta menjadi tempat perdagangan dan jasa. Hal ini seriring dengan Kota Yogyakarta sebagai tujuan wisata.

"Kotabaru ditetapkan sebagai kawasan heritage dan menjadi kawasan penopang keistimewaan DIY. Ini tercantum di perdais (Peraturan Daerah Istimewa DIY)," pungkasnya.

https://travel.kompas.com/read/2017/10/26/102100727/kotabaru-hunian-berkonsep-garden-city-sejak-zaman-belanda

Terkini Lainnya

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

Travel Update
10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

Jalan Jalan
Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Travel Tips
Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke