Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jelajahi Warisan Leluhur Orang Manggarai di Flores

Leluhur orang Manggarai terkenal budayanya karena warisannya menggaet orang asing untuk melakukan penelitian tentang keajaiban alamnya, juga rumah adatnya yang berbahan alamiah.

Bahkan sebelum binatang Komodo menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia, alam dan budaya orang Manggarai sudah lebih dahulu dikenal secara luas oleh wisatawan asing maupun Nusantara.

Warisan alam yang menggugah orang asing berkunjung ke kawasan Manggarai adalah sistem pembagian tanah yang berkeadilan. Bahkan, bentuknya yang unik menarik orang luar untuk menjelajahinya.

Warisan Lingko lodok tersebar di Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat. Leluhur orang Manggarai terinspirasi dengan keunikan yang dilakukan binatang laba-laba dalam membuat sarangnya.

Leluhur orang Manggarai terinspirasi dengan kegiatan binatang ini sehingga mereka membangun rumah adat dengan bentuk seperti jaring laba-laba. Bahkan, saat pembagian tanah juga berbentuk jaring laba-laba.

Zaman purbakala, orang Manggarai menanam berbagai jenis tanaman di ladang, sebelum masuknya padi. Lahan kering juga dibagi dengan cara lingko lodok.

Lingko  dalam bahasa Manggarai adalah hamparan yang luas, sedangkan lodok adalah bagian terkecil di dalam lingko itu dengan sistem pembagian lahan untuk masing-masing warga komunal atau klan dalam berbagai suku.

Bukan hanya tanah saja yang berbentuk Lodok, kalau kita perhatikan dengan baik bagian dalam rumah adat orang Manggarai juga bagian luarnya berbentuk jaring laba-laba.

Bahasa Manggarai dalam penyatuan itu adalah gendang one lingko peang (ada rumah adat di perkampungan juga ada lahan komuninal di luarnya).

Ritus-ritus adat orang Manggarai selalu berhubungan dengan alam, sehingga alam dan rumah adat tak terpisahkan dalam kehidupan orang Manggarai. Ritus-ritus lainnya berhubungan leluhur mereka dan Sang Pencipta Kehidupan (mori jari agu dedek).

Hasil penjelajahan KompasTravel selama ini, bahwa Kabupaten Manggarai dikenal dengan 1000 rumah adat Mbaru Gendang yang tersebar di kampung-kampung. Sayangnya, sebagian besar rumah adat itu beratap seng. Artinya originalnya rumah adat itu tidak lagi menjadi ciri khas Mbaru Gendang yang diwariskan leluhur orang Manggarai.

Memang masih dilaksanakan ritus-ritus adat di dalam rumah itu, tetapi nilai keaslian dari rumah itu perlahan-lahan pudar. Jika tidak direvitalisasi rumah adat kembali ke bentuk aslinya dengan atap ijuk maka perlahan-lahan identitas rumah adat orang Manggarai akan ditelan zaman.

Keempat kampung tradisional itu adalah, pertama Kampung Tradisional Waerebo. Ada tujuh Mbaru Gendang atau Niang di kampung itu yang kin tersohor ke seluruh dunia dan diakui oleh lembaga PBB UNESCO.

Kampung tradisional ini terletak di Desa Waerebo, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai Flores, NTT.

Kampung adat yang berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut ini menjadi tujuan utama wisatawan asing dan Nusantara. Bahkan wisatawan sangat mengagumi keunikan bentuk rumah tradisional Flores juga alam dan manusianya.

Orang-orang Waerebo terus merawat warisan leluhurnya dan kini menjadi kampung unik yang terus dikunjungi wisatawan global. Orang-orang dari penjuru dunia selalu membeli paket perjalanan wisata budaya ke Kampung adat Waerebo.

Apalagi dengan kecanggihan teknologi dengan berbagai tema foto tentang kampung itu menambah daya tarik wisatawan untuk menjelajahi perkampung itu. Kampung tetap teduh di tengah riuhnya perkembangan teknologi global.

Sekarang ini akses ke kampung Waerebo sudah lumayan bagus. Belum lama ini tim jelajah sepeda Kompas mengunjungi dan menjelajahi keunikan alam di kampung tersebut.

Dari kampung Pela, wisatawan menuju ke kampung Denge kemudian menuju ke pos pertama. Dari pos pertama wisatawan melakukan trekking menuju ke kampung tersebut.

Begitu juga dari arah Bajawa, Kabupaten Ngada, berhenti di Kampung Pela dan menuju ke Kampung Denge, meneruskan perjalanan ke pos pertama dan selanjutnya berjalan kaki ke kampung adat itu.

Kedua, kampung adat Todo. Kampung yang terletak di Kecamatan Satarmese Barat, Manggarai, Flores, NTT berdiri dua rumah adat yang beratapkan ijuk dari pohon enau.

Kampung adat Todo merupakan kampung pusat kerajaan Manggarai di zaman dulu. Banyak peninggalan-peninggalan kerajaan di kampung Todo yang perlu dijaga dengan baik. Banyak kisah tentang kehidupan kerajaan Todo di kampung itu.

Ketiga, kampung Ruteng Puu. Mengapa disebut Ruteng Puu? Orang Manggarai menyebut pohon raksasa pohon beringin dengan sebutan “Hayu Ruteng”. Sedangkan pusat atau tempat tumbuhnya pohon itu disebut Puu. Orang Manggarai menyebut “Hayu Ruteng Puu”. Yang diterjemahkan tempat bertumbuhnya pohon beringin.

Konon diceritakan bahwa kampung Ruteng Puu merupakan kampung pertama di Manggarai sebelum lahirnya kampung-kampung lainnya. Kampung ini boleh dikatakan berada di Pusat Kota Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai, karena lokasinya tak jauh dari Kota Ruteng.

Juga diceritakan bahwa kampung ini merupakan pusat pemerintah adat Ruteng dahulu kala sebelum ada pemerintah modern. Banyak bekas-bekas dan benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan administrasi pemerintah adat.

Keempat, Kampung adat Bangka Tuke. Kampung ini berada tak jauh dari Kota Ruteng. Kampung ini baru direnovasi dengan bentuk asli dan beratap ijuk dari pohon Enau. Beberapa bulan lalu dilaksanakan ritual Congko Lokap (pembersihan kampung sebelum difungsikan secara komunal).

Rumah adat kampung ini merupakan revitalisasi ulang untuk kembali ke aslinya dengan beratapkan Ijuk. Ini akan memberikan contoh yang baik bagi kampung-kampung lainnya di Manggarai.

Warisan Lingko Lodok yang Terunik di Dunia

Ada begitu banyak warisan alam lingko lodok yang tersebar di kampung-kampung di Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat. Kali ini KompasTravel mencatat yang terdekat dari Pusat Kota Rute.

Kedua, persawahan Lingko Lodok Bangka Tuke. Sebelum memasuki perkampungan adat Bangka Tuke, kita disuguhkan keunikan persawahan Lingko Lodok yang berada di lereng kampung itu.

Pemkab Manggarai terus mempromosikan destinasi-destinasi unggulan di wilayah itu bekerjasama dengan biro perjalanan dan Komunitas Pencinta Ruteng, Manggarai.

Ketiga, persawahan Lingko Lodok Carep. Jika kita naik pesawat terbang dari arah Kupang dan Labuan Bajo, dari atas pesawat kita disuguhkan bentuk persawahan yang berbentuk laba-laba.

Ini semua warisan leluhur orang Manggarai yang tidak tergerus arus globalisasi dan teknologi canggih. Orang Manggarai terus merawat dan menjaga serta melestarikan warisan leluhur itu.

“Saya berharap dukungan dari berbagai pihak untuk bersama pemerintah mempromosikan destinasi-destinasi unggulan di Manggarai, Flores," katanya.

********************

Mau paket wisata gratis ke Thailand bersama 1 (satu) orang teman? Ikuti kuis kerja sama Omega Hotel Management dan Kompas.com dalam CORDELA VACATION pada link INI. Hadiah sudah termasuk tiket pesawat (PP), penginapan, dan paket tur di Bangkok.

https://travel.kompas.com/read/2017/11/25/150900627/jelajahi-warisan-leluhur-orang-manggarai-di-flores

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke