Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menikmati Sepoi Angin dan Sensasi Naik Trem di Hongkong

Saya dan rombongan kemudian mencoba naik tram dari restoran yang berada di kawasan Seung Wan tersebut ke hotal kami di daerah Wanchai.

Tram adalah kereta tingkat dengan tenaga listrik dan merupakan transportasi tertua di Hongkong. Transportasi ini sudah beroperasi sejak 1904.

Tram beroperasi sepanjang pantai utara HongKong Island dari timur ke barat dan sebaliknya.

Jika ingin mencoba naik transportasi ini, tarifnya 2,30 dollar Hongkong atau sekitar Rp 4.000 (rate 1.732/HKD) untuk dewasa, 1,20 dollar Hongkong atau Rp 2.100 untuk anak-anak di bawah 12 tahun serta 1,10 dollar Hongkong atau Rp 1.900 untuk masyarakat 65 tahun ke atas.

Namun, tarif juga bergantung pada jarak tempuh kita.

Tram bisa dibayar dengan uang tunai atau pun dengan Octopus Card, kartu uang elektronik serbaguna di Hongkong.

Saat mau menaiki tram, saya menghampiri semacam halte dengan papan petunjuk rute serta gambar tram yang terpampang.

Pintu belakang tram adalah untuk naik, sedangkan pintu depan untuk turun. Pembayaran dilakukan saat kita turun.

Namun, saat itu saya dan rombongan tidak membayar alias digratiskan. Rupanya sedang ada "Free Ride" pada 29 November 2017 karena ada perayaan ulang tahun ke-156 Hong Kong General Chamber of Commerce (HKGCC).

Pada momen-momen tertentu tram kerap menggratiskan tumpangan. Hal itu bisa dicari tahu salah satunya dengan membaca kalender agenda pada situs resmi Tram, hktramways.com.

Tram menjadi pilihan transportasi yang tepat bagi para pelancong yang ingin menikmati pemandangan kota Hongkong.

Termasuk bagi saya. Saya kemudian memilih duduk di tingkat atas tram. Jika ingin mendapatkan posisi yang maksimal untuk menikmati pemandangan sambil mengambil foto, duduk lah di kursi paling depan dek atas tram.

Adapun kursi tram mirip dengab bangku-bangku taman yang terbuat dari kayu.

Jika naik tram kita masih bisa duduk aman tanpa harus khawatir kehujanan namun juga masih bisa menikmati angin sepoi-sepoi.

Sebab, meskipun dek atas tram tertutup atap, namun masyarakat yang menaikinya bisa membuka jendela sebesar-besarnya untuk menikmati angin Hongkong.

Meski begitu, ada juga unit tram dengan atap dek terbuka. Saya kemudian memilih duduk di kursi ketiga paling depan.

Angin dengan suhu sekitar 22-24 derajat celcius ditambah dengan laju tram yang tak terlalu ngebut sukses membuat saya terkantuk-kantuk.

Sedangkan beberapa rekan satu rombongan saya asyik mengambil gambar. Pemandangan dari tingkat atas tram memang cantik, ditambah dengan karakteristik Hongkong yang dipenuhi gedung-gedung pencakar langit.

Tram menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Selain bisa menikmati pemandangan dari dek atas tram, desain tram juga sangat menarik perhatian.

Berbeda dengan transportasi darat di Indonesia yang seringkali memiliki desain dan warna serupa. Jika ada transportasi yang menyertakan desain khusus, gambar atau foto yang dipampang tidak berukuran begitu besar.

Karena desain dan warna tram yang beragam, saya pun beberapa kali merasa gemas jika ada beberapa tram berjalan beriringan. Warna-warni dari deretan transportasi tertua di Hongkong itu akan sangat sayang untuk dilewatkan!

https://travel.kompas.com/read/2017/12/02/160400227/menikmati-sepoi-angin-dan-sensasi-naik-trem-di-hongkong

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke