Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tinggalkan Citra Lama, Gunungkidul Perlahan Mewujud Jadi "Bali Kedua"

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Gunungkidul, angka kemiskinan di kabupaten ini sudah mengalami penurunan.

Misalnya, pada 2016 jumlah penduduk miskin masih ada di angka sekitar 494.900 jiwa. Sementara pada 2017, angka itu menyusut menjadi 488.500 jiwa.

Sementara, bencana kekeringan yang terjadi hingga sekarang tidak sampai menyebabkan kekurangan air bersih. Ini disebabkan ada sumber air di Desa Bribin yang berhasil dikelola dan dialirkan ke rumah-rumah warga.

Hal itu disampaikan oleh pengamat ekonomi, Cyrillus Harinowo, saat menjelaskan potensi wisata Gunungkidul di sebuah penginapan kawasan Pantai Indrayanti, Sabtu (29/9/2018) malam.

"Jadi ternyata itu ada satu proyek dari sungai bawah tanah diangkat ke atas, kemudian didistribusikan ke mana-mana. Itu dikerjakan oleh salah satu universitas dari Jerman, Karlsruhe University," kata Hari.

4 Besar Prioritas Pemerintah

Presiden dan Kementerian Pariwisata menciptakan istilah "Bali Baru" untuk 10 kawasan wisata di Indonesia.

Dari 10 kawasan itu, ada empat yang menjadi prioritas pengembangan, yakni: Kawasan Toba, Borobudur, Lombok Mandalika, dan Labuan Bajo.

Masing-masing kawasan memiliki lembaga otorita dan Gunungkidul masuk ke dalam Kawasan Otorita Borobudur. 

"Kawasannya itu lebih ke arah Pegunungan Menoreh, kebetulan saya pernah bertemu dengan Direktur Utama Badan Otorita Borobudur (BOB), akhirnya beliau juga terpikir untuk memperluas cakupan kawasan BOB termasuk di Gunungkidul," kata Hari.

Kekayaan alam dan budaya juga kuliner Gunungkidul potensial untuk bisa dikembangkan.

Deretan pegunungan karst yang menyimpan banyak goa alam, air terjun, pantai berpasir putih, dan berbagai keindahan lainnya, bisa menjadi magnet pariwisata yang kuat.

Lihat saja Goa Pindul, Air terjun Sri Getuk, Gunung Api Purba, Pantai Wediombo, dan sejumlah wisata alam lainnya sejauh ini berhasil memperkenalkan Gunungkidul sebagai satu daerah yang indah.

Tak hanya wisata alam, sejumlah wisata buatan juga ada di kabupaten yang dikepalai oleh Bupati Badingah ini. 

Misalnya, embung penampung air yang dibuat di beberapa titik di Gunungkidul, yaitu Embung Nglanggeran dan Embung Batara Sriten.

Spot menarik lain, menikmati lampu-lampu malam Kota Yogyakarta dari ketinggian Bukit Bintang.

Harinowo menceritakan informasi yang ia peroleh dari Direktur Utama Badan Otorita Lombok Mandalika, Indah. Di sana, pemerintah menyediakan dana investasi sebesar Rp 15 triliun.

"Berdasarkan angka tersebut, saya memiliki keyakinan yang tinggi bahwa pemerintah pusat akan mengeluarkan dana yang lumayan besar untuk pengembangan kawasan wisata di Borobudur ini," ucap Hari.

Apalagi dalam hitungan bulan, New Yogyakarta Airport akan segera beroperasi. Bandara ini memiliki landasan yang mampu didarati oleh pesawat berukuran besar. Sehingga, memungkinkan adanya penerbangan langsung dari berbagai belahan dunia menuju Yogyakarta.

Di Gunungkidul sendiri, perkembangan infrastruktur terus berjalan beberapa tahun ini. Hal itu tentu dilakukan untuk mewujudkan Bali Baru sebagaimana direncanakan oleh pemerintah.

Misalnya sejumlah rumah makan dan penginapan yang beberapa sudah terlihat ada di tepian jalan menuju kawasan pantai.

Kemudian, saat ini terlihat pengerjaan Jalur Lintas Selatan (JLS) Jawa yang menghubungkan Merak, Banten hingga Banyuwangi, Jawa Timur, yang melewati wilayah Gunungkidul.

"Dengan pembangunan JLS, dari bandara baru sampai ke sini akan memakan waktu kira-kira 1 jam 15 menit. Sementara dari bandara baru ke kota Yogyakarta,  karena susahnya melakukan pelebaran jalan, mungkin memakan waktu lebih lama," ujar Hari.

Hal itu menyebabkan peluang besar bagi datangnya wisatawan ke kawasan Gunungkidul, sebagai alternatif wisata di Yogyakarta.

"Sepanjang pantai ini sudah mulai (ada pembangunan), begitu ada trigger mereka akan berdiri," ujar Hari.

Pihak pemerintah daerah pun memiliki perencanaan pembangunan kawasan wisata secara tematik. Misalnya, memfokuskan Pantai Sepanjang di Kecamatan Tanjungsari sebagai sentra olahraga bola voli pantai.

Seiring potensi wisata daerah yang mulai terangkat sekitar lima tahun terakhir, mata pencaharian penduduk di Gunungkidul pun perlahan mengalami pergeseran.

Masyarakat yang sebelumnya banyak berprofesi sebagai petani ataupun nelayan, saat ini banyak yang menggantungkan hidupnya pada sektor pariwisata.

Sistem pertanian tadah hujan yang diterapkan, membuat panen hanya terjadi satu kali dalam satu tahun. Sementara ikan yang didapat dari tangkapan melaut pun tak dapat dipastikan hasilnya.

Hal itu sedikit banyak menggerakkan masyarakat untuk melirik pariwisata yang dinilai lebih memiliki nilai ekonomis.

Beberapa masyarakat yang sempat Kompas.com tanya adalah Gumari yang saat ini menjadi penyedia mobil jip dan jasa offroad. Adapula Bariyanto yang menjual lahan pertaniannya dan mengubah  menjadi taman bunga untuk wisata.

Selain contoh di atas, masih banyak jenis usaha lain di bidang pariwisata yang banyak diambil oleh masyarakat gunung kidul untuk mendapatkan rupiah. Sebut saja membuka warung makan, toilet, cendera mata atau pakaian, juru parkir, pemandu wisata, dan sebagainya.

....

https://travel.kompas.com/read/2018/10/04/110545127/tinggalkan-citra-lama-gunungkidul-perlahan-mewujud-jadi-bali-kedua

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke