Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Oleh-oleh dari Bali, Nampan dari Kulit Kerang

Kerang dengan ukuran sama rata digabungkan dan ditempel ke semua permukaan triplek. Kemudian kerang yang sudah tertempel tersebut dilapisi dengan lem resin sehingga tampak lebih halus.

Hal di atas dilakukan Muhamad Syafiudin bersama istrinya di kediamannya Jalan By Pass Ngurah Rai, Desa Suwung Gang Wijaya 3, Denpasar, Bali, Minggu (15/9/2019).

Syaifufin mengatakan saat itu sedang mengerjakan pesanan dari pelanggannya untuk membuat 300 nampan dengan bahan dari kerang. Nampan tersebut berukuran 12 kali 6 centimeter.

"Ini kerajinan dari kerang buat nampan. Bahannya dari kerang Biru dan kapes yang ditempelkan ke triplek bentuk oval. Kemudian kerang ditempel dan dilem," katanya.

Untuk bahan kerangnya ia mengaku mendatangkannya dari Tangerang, Banten. Untuk kerang berwarna putih dibeli seharga Rp 6.000 dan kerang warna biru Rp 10.000.

Ia bercerita sudah menekuni kehidupan sebagai pengrajin di Bali sejak 2007 silam. Pria asal Sumenep, Madura ini belajar membuat kerjainan berbahan kerang dari kakaknya. Hingga kini, ia sudah mahir dan membuka usahanya sendiri.

"Sudah sejak 2007 di sini. Langsung bikin ginian (kerajinan kerang). Mulai belajar di sini dari bujang dan belajar dari kakak saya," ceritanya.

Ia mengatakan hasil kerajinannya masih dijual dengan cara konvensional. Artinya menjualnya secara langsung ke pengepul pasar-pasar seni yang ada di Bali. Misalnya, ke Pasar Kumbasari, Denpasar, Pasar Sukawati Gianyar, hingga daerah Ubud.

"Pokoknya ada pasar seni, kami datangi atau mengerjakan orderan tamu yang datang ke sini," katanya.

Hasil kerajinannya tersebut dijual dengan bervariasi harga. Paling murah Rp 45.000 dan paling mahal Rp 65.000. Ia mengaku tak berani menjual di atas harga tersebut. Pasalnya, kini makin banyak persaingan dan pengrajin yang membuat hal serupa.

"Ada tiga tahunan terakhir persaingan usaha makin banyak," katanya.

Ia mengaku dalam 1,5 bulan bisa mengerjakan hingga 300 buah kerajinan. Ia mengaku sangat bersyukur dengan profesi yang dipilihnya ini.

Pendapatan yang dihasilkan cukup untuk biaya sehari-hari dan menyekolahkan buah hati. Saat ditanya berapa penghasilannya, dengan malu-malu Syaifudin menyebut angka Rp 10 juta tiap bulannya jika sedang ramai.

"Ya, cukuplah, untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.

Sebenarnya, Syaifudin ingin menjual hasil kerajinannya secara online. Hanya saja ia masih ragu dan bingung bagaimana caranya. Padahal menurutnya jika dijual online pasar kerjainan buatannya semakin luas dan dikenal.

"Kalau online kadang-kadang ragu. Maksudnya kurang begitu tahu cara kerjanya. Jadinya saya masih jual secara langsung. Belum paham. Sebenarnya bisa saja lebih enak kayaknya. Tapi belum tahu gimana caranya," katanya.

https://travel.kompas.com/read/2019/09/19/110200627/oleh-oleh-dari-bali-nampan-dari-kulit-kerang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke