Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Belajar Sejarah di Penampungan Bleberan Gunungkidul, Yogyakarta

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pengunjung air terjun Sri Getuk, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Gunungkidul, Yogyakarta, meski melewati Penampungan Bleberan, sangat sedikit yang menyempatkan diri mampir di penampungan benda cagar budaya nenek moyang itu.

Padahal ada banyak hal menarik yang dapat dipelajari di Cagar Budaya Situs Bleberan. 

Untuk berkunjung ke cagar budaya ini terbilang mudah. Saat masuk ke Desa Bleberan, pengunjung akan melihat papan penunjuk 'Cagar Budaya Situs Bleberan' menuju ke arah selatan.

Dengan melewati jalan dusun yang sebagian sudah rusak, tak perlu takut tersesat karena setiap tikungan ada papan petunjuknya. 

Sampai di lokasi Penampungan Bleberan, suasana sejuk karena di sekitarnya terdapat pohon besar.

Saat   kompas.com  pada Jumat (22/11/2019) sejumlah pekerja tampak memperbaiki lokasi. Disana terdapat belasan benda purbakala ditaruh di sebuah lahan cukup luas. Bahkan ada menhir yang cukup tinggi. 

Dari papan informasi diketahui Dusun Bleberan digunakan sebagai penampungan benda cagar budaya dari wilayah Kecamatan Playen sejak tahun 1998.

Ditetapkannya Dusun Bleberan sebagai tempat penampungan benda cagar budaya wilayah Kecamatan Playen karena di Dusun Bleberan ditemukan menhir yang masih utuh dan insitu, berukuran tinggi 408 cm, lebar 33 cm, dan tebal 27 cm. 

Sekitar menhir tersebut juga banyak ditemukan fragmen menhir dan fragmen peti kubur batu. Oleh karena itu, tempat tersebut sebenarnya merupakan salah satu situs prasejarah yang ada di Gunungkidul.

Benda cagar budaya yang terdapat di Penampungan Bleberan merupakan hasil pengamanan dari Kecamatan Playen dan sekitarnya. 

Benda-benda tersebut secara keseluruhan berjumlah 57 buah yang terdiri atas 23 buah menhir, 1 buah, kepala menhir, 28 buah peti kubur batu, 2 buah patok peti kubur batu, dan 3 buah batu kenong.

"Menhir merupakan batu tegak berasal dari budaya megalitik yang merupakan objek pemujaan. Kadangkala dalam menhir terdapat pahatan berbentuk tubuh manusia. Pada umumnya menhir ditancapkan dalam posisi tegak, namun demikian ada pula yang telentang. Jenis menhir dalam posisi telentang di Sumatera disebut sebagai batu mayat, batu bedil, atau batu meriam," sesuai keterangan papan informasi menhir. 

Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Pelestarian dan Nilai Budaya, Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul, Agus Mantara menyampaikan, untuk cagar budaya di Bleberan merupakan wewenang BPCB Yogyakarta.

Namun demikian, pihaknya terus berupaya memperkenalkan lokasi cagar budaya yang ada di Gunungkidul.

"Kita terus memperkenalkan potensi cagar budaya yang ada di sini (Gunungkidul), salah satunya dengan wajib kunjung situs kepada pelajar, mahasiswa, guru, dan juga masyarakat," katanya saat dihubungi Senin (25/11/2019). 

Dia mengatakan, potensi benda cagar budaya yang ada di Kabupaten Gunungkidul sangat besar mulai dari di Gua Braholo yang dihuni manusia puluhan ribu tahun hingga candi yang tersebar di beberapa kecamatan.

"Gunungkidul merupakan salah satu wilayah yang potensi cagar budayanya besar, kita terus berupaya menjaganya," pungkas Agus. 

https://travel.kompas.com/read/2019/11/26/080000427/belajar-sejarah-di-penampungan-bleberan-gunungkidul-yogyakarta

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke