Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Tim Pemahat Salju Indonesia yang Jadi Juara di Harbin

Tim Indonesia 1 yang beranggotakan I Nyoman Sungada (leader team), I Putu Andre Putra Yoga, Eka Budi Ariadee, dan I Made Sumerta Yasa ini berhasil memenangi kategori Best Skill dengan patung salju bertemakan Pengantin Bali.

Sementara tim Indonesia 2 yang terdiri dari I Ketut Suaryana (leader team), I Made Mardiawan, I Komang Karim, dan I Kadek Arya Undiyana berhasil memenangi kategori Excellent. Tema patung yang mereka buat adalah Frog Surfing.

Kedua tim berkompetisi membuat patung salju dengan menggunakan bahan salju berukuran 3x4 meter. Kompetisi berlangsung pada 10-13 Januari 2020 lalu. Setiap tim diberi waktu kurang lebih 3,5 hari untuk menyelesaikan karya mereka.

“Kami berangkat dari hotel jam 08.30, sampai ke lokasi jam 09.00 lalu langsung bekerja sampai jam 12.00 untuk istirahat makan siang. Jam 13.00 lanjut lagi hingga jam 19.00. Waktu pengerjaannya total 3.5 hari,” jelas I Ketut Suaryana, ketua dari tim Indonesia 2 ketika dihubungi Kompas.com lewat sambungan telepon pada Selasa (14/01/2020).

Ketut mengatakan, dalam proses pembuatan patung tersebut, ia dan tim tak mengalami kendala yang berarti. Namun suhu dingin yang ekstrem menjadi tantangan tersendiri.

Sebelum berkompetisi, mereka berlatih dengan keras selama kurang lebih satu bulan. Ketut  mengaku lebih banyak mempersiapkan perihal visi dan strategi dalam eksekusi pahatan.

Hal tersebut ia lakukan dengan pembagian tugas yang cukup rinci mulai dari tugas masing-masing anggota tim hingga alur pengerjaan patung.

“Chemistry sudah ada, tinggal menyamakan visi dan strategi. Karena baloknya kan besar. Jadi kita bikin miniatur kecil dari gabus. Pengerjaan langsungnya kita dari samping, jadi seperti membuat tangga untuk kemudian pelan-pelan naik ke atas.”

Selama proses pengerjaan patung salju, selain melawan suhu dingin para pemahat yang semuanya asal Bali ini juga mengaku sempat mengalami kejadian-kejadian menarik.

Nyoman mengaku sempat merasakan keram di bagian perut dan kaki saat proses pembuatan bentuk bola dunia yang mengharuskan ia masuk ke dalam salju untuk membuat lubang.

“Pernah juga kejatuhan alat pahat. Terkena kaki sehingga sepatu tembus darah pun mengucur. Tapi panitia sangat sigap. Dokter pun cepat datang sehingga besoknya saya bisa berkompetisi lagi,” ujar Nyoman ketika dihubungi Kompas.com lewat pesan WhatsApp pada Selasa (14/1/2020).

Lain lagi dengan Ketut. Ia mengaku sempat mengalami kejadian unik melibatkan sekelompok perempuan yang sedang berwisata ke Harbin.

Perempuan asal Jakarta tersebut menunjukkan rasa terharu dan bangga mereka bahwa ada orang Indonesia yang mampu mengukir salju.

“Ada rombongan wisata dari Jakarta, ibu-ibu terharu dan bangga. Mereka tidak percaya kalau kita bisa ukir salju, karena kita kan tidak punya salju. Sampai-sampai kita dibagi jamu,” jelas Ketut.

Ajang kompetisi di Harbin ini bukan jadi yang pertama kali bagi Nyoman dan Ketut. Keduanya sudah cukup sering berkompetisi di ajang memahat patung tingkat internasional baik individu mau pun bersama tim.

Sebelumnya, Ketut sempat berhasil mendapat penghargaan Best People Choice di ajang kompetisi internasional di Nayoro, Jepang pada tahun 2018.

Begitu pun dengan Nyoman, ia sempat beberapa kali menjuarai ajang di Harbin ini. Yaitu pada tahun 2013 berhasil menyabet Juara 3 Dunia di Harbin, Juara 3 Dunia di Sapporo Jepang. Pada tahun 2015 berhasil mendapat kategori Best Skill di Harbin. Kembali Juara 3 Dunia di Harbin pada 2017, dan Juara Dunia Best Creativity di Harbin pada 2018.

Keduanya sangat berharap untuk bisa terus memberikan prestasi bagi Indonesia. Ketut mengatakan bahwa ia merasa sangat bangga bisa mengharumkan nama Indonesia di dunia terutama dengan tim yang berisikan anak muda.

“Harapannya saya ingin generasi seniman muda bisa ikut lomba dunia. Saya ingin tidak hanya seniman muda Bali saja yang mewakili lomba salju. Tapi ada juga wakil-wakil dari Indonesia lainnya.”

Ia pun mengaku ingin sekali membuat lomba patung pasir internasional. Menurutnya, kompetisi salju di Harbin ini sangat bisa menarik minat wisatawan untuk datang. Hal yang sama bisa dilakukan di Indonesia.

“Sangat ingin punya kompetisi patung pasir. Kita kan pasir tidak kekurangan. Lalu pasir itu tidak bergantung suhu, tidak seperti salju yang harus dingin. Jadi aman di negara kita,” kata Ketut.

Berbeda dengan Ketut, Nyoman sendiri sangat ingin bisa bertemu dengan Presiden Indonesia. ia mengaku ingin negara mengetahui apa yang sudah mereka lakukan untuk nama Indonesia.

“Selama ini kita seniman dari desa berbuat sedikit untuk daerah dan negara. Paling tidak pemerintah daerah dan pusat peduli. Mimpi besar kami ingin bertemu presiden. Karena keterbatasan kami tidak tahu akses untuk bertemu,” ujar Nyoman.

Nyoman dan Ketut nantinya akan kembali bertanding di kancah internasional untuk ajang International Snow Scupture Japan Cup 2020 yang diadakan di Nayoro, Jepang.

Mereka akan berangkat pada tanggal 2 Februari mendatang. Kali ini mereka akan bertanding dalam satu tim, dengan anggota lainnya adalah I Putu Andre Putra Yoga.

https://travel.kompas.com/read/2020/01/15/182524827/kisah-tim-pemahat-salju-indonesia-yang-jadi-juara-di-harbin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke