Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pulau Komodo Disarankan Terbuka untuk Umum, Bukan Wisata Super Premium

Praktisi pariwisata sekaligus pendiri TTC Indonesia Tedjo Iskandar menyarankan, kawasan Pulau Komodo tetap terbuka untuk umum, sehingga membantu ekonomi masyarakat sekitar.

"Sebaiknya tetap dibuka untuk umum, hanya mungkin perlu dibuat lebih rapi. Coba kita lebih utamakan pemain lokal di sana seperti agen perjalanan lokal. Mereka sudah menghabiskan uang banyak untuk promosikan Pulau Komodo, contohnya," kata Tedjo kepada Kompas.com di sela-sela acara TTC Travel Mart Jakarta 2020, Senin (17/2/2020).

Tedjo mengatakan, semua wisawatan berhak pergi dan mengunjungi kawasan Pulau Komodo. Menurutnya, pariwisata tidak bisa membatasi siapa saja yang boleh berkunjung.

Selain itu, eksklusivitas yang akan terjadi pada wisata kawasan Pulau Komodo dapat berdampak pada hotel-hotel murah.

"Coba sekarang kalau mau dibuat eksklusif, siapa yang mau menginap di guest house, homestay, apalagi ada desa wisata. Jangan lah, kasihan juga pelaku pariwisata di sana, yang sanggup nginap nanti siapa?," jelasnya.

Oleh karena itu, ia menyarankan pemerintah tetap mengarahkan atau mengincar wisatawan kelas menengah.

Ia justru khawatir jika nantinya wisata super premium tersebut akan tampak terlalu mewah, dan malah menurunkan jumlah kunjungan wisatawan karena terlalu mahal.

"Kalau terlalu mewah, nanti pesawatnya kosong karena mahal, siapa yang mau naik? Ya tetap harus perhatikan lainnya juga, misalnya, milenial yang sudah nabung dan booking enam bulan sebelumnya masa enggak kita layani. Mereka pasti cari harga paling terjangkau," jelasnya.

"Kesannya sombong kalau terlalu eksklusif, kasihan milenial yang uangnya nanggung dan ingin melihat Pulau Komodo," lanjutnya.

Lebih lanjut, Tedjo mengatakan sebaiknya pelaku industri pariwisata baik pemerintah maupun agen perjalanan lokal bersama-sama memikirkan cara mengemas Labuan Bajo agar lebih menarik wisatawan.

"Misalnya untuk yang kelas atas kita kasih harga minimal Rp 1 juta per hari tapi no limit, bebas ke mana saja. Harga Rp 1 juta itu sudah termasuk hotel bintang tiga, kapal, dan pemandu wisata. Namun kalau sekali masuk wah (mahal), enggak bakal ada yang mau," paparnya.

Sebelumnya, konsep wisata eksklusif Labuan Bajo bergulir sejak Oktober 2019 ketika wacana kenaikan harga tiket masuk kawasan Pulau Komodo.

Kabar tersebut sangat tidak disetujui oleh seluruh pelaku pariwisata dan masyarakat di Manggarai Barat. Hal tersebut diutarakan Ketua Pelaksana Harian ASITA Cabang Manggarai Barat, Donatus Matur pada Jumat (25/10/2019).

Ia juga menanyakan perihal mengapa hanya Pulau Komodo saja yang akan dijadikan wisata eksklusif.

"Jangan hanya Labuan Bajo yang fokus diperhatikan oleh Pemerintah Pusat. Pemerintah harus mengurus seluruh pariwisata di Pulau Flores. Pariwisata bukan hanya Labuan Bajo melainkan seluruh Pulau Flores. Saat ini proyek-proyek nasional hanya fokus di Labuan Bajo," tanyanya seperti dikutip Kompas.com, Jumat (25/10/2019).

Sementara itu, pada momen berbeda Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio menjawab kekhawatiran masyarakat lokal Labuan Bajo terkait wacana ini.

Menurutnya, hal tersebut sudah diantisipasi dengan cara tetap membangun desa wisata untuk wisatawan menengah.

"Ya tetap kita bangun untuk wisatawan menengah, kita akan fokuskan pada homestay. Jadi wisatawan akan menginap di rumah-rumah warga dan ini sudah pasti akan berdampak pada ekonomi masyarakat," jelasnya dalam acara Indonesian Tourism Summit 2019, Jakarta, Selasa (17/12/2019) seperti dikutip berita Kompas.com.

https://travel.kompas.com/read/2020/02/19/102000627/pulau-komodo-disarankan-terbuka-untuk-umum-bukan-wisata-super-premium

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke