Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Lomba Panjat Pinang, Dipelopori Penjajah Belanda?

Sebelum masa pandemi, setiap 17 Agustus akan terlihat batang pohon pinang berdiri di di setiap sudut kota.

Pada puncak pohon pinang terpasang beragam hadiah yang siap diperebutkan para peserta.

Lomba panjat pinang tidak hanya diikuti orang dewasa. Ada versi panjat pinang untuk anak-anak.

Momen seru dari lomba ini adalah karena batang pinang diolesi oli atau minyak sehingga pemanjat kerap terjatuh akibat licin. Kerja sama anggota tim berperan penting dalam memenangkan lomba ini.

Berbagai strategi pun dirundingkan oleh para peserta agar masing-masing bisa meraih seluruh hadiah di batang pohon pinang.

Hadiahnya pun mengikuti perkembangan zaman. Ada yang menawarkan peralatan dapur, hingga barang elektronik, seperti televisi dan kulkas. Terkadang, sepeda pun ikut digantung.


 

Tidak ada yang tahu pelopor panjat pinang

Meski panjat pinang menjadi salah satu lomba paling ikonik yang kerap dilakukan setiap 17 Agustus, tetapi tidak banyak yang tahu kapan lomba tersebut pertama diadakan dan oleh siapa.

Lomba itu sudah ada sejak masa penjajahan Belanda. Dahulu, panjat pinang digunakan sebagai acara hiburan kaum kolonial.

Panjat pinang kerap diadakan pada acara-acara penting seperti hajatan, hari libur nasional, atau hari ulang tahun tokoh-tokoh penting Belanda.

Tradisi melumuri batang pohon pinang dengan pelicin pun sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Sama seperti saat ini, pada masa kolonial Belanda, warga lokal berlomba-lomba untuk memanjat dan meraih hadiah yang digantung di ujung pinang.

Hadiah yang ditawarkan tentunya berbeda dari masa kini. Hadiahnya berupa barang-barang pokok, seperti makanan, gula, tepung, dan pakaian.

Meski saat ini hadiah semacam itu sangat mudah untuk didapatkan, zaman dahulu barang-barang pokok merupakan suatu kemewahan tersendiri.

Pro dan kontra acara panjat pinang

Panjang pinang yang dipercaya diperkenalkan para penjajah Belanda ke Indonesia mengundang pro dan kontra.

Salah satu pendapat kontra mengenai hal tersebut adalah panjat pinang seharusnya tidak dijadikan tradisi di acara kemerdekaan karena membawa memori pahit masa lalu.

Pemusik Harry Roesli menuturkan kepada Harian Kompas bahwa dia juga kontra terhadap lomba panjat pinang.

"Si orang kaya menyumbang supaya ia bisa hidup aman di lingkungan itu. Supaya tidak ada yang menjarah hartanya," kata Harry seperti dikutip pada Harian Kompas, Minggu (18/8/2002).

Menurut dia, dalam perayaan hari kemerdekaan terlihat, ada kelas sosial di lingkungan masyarakat. Orang kaya biasanya hanya menyumbang saja dan tidak ikut kegiatannya.

Penggunaan pohon pinang hanya untuk acara sekali setahun pun dianggap tidak seimbang dengan nilai lingkungan karena dilakukan penebangan besar-besaran.

https://travel.kompas.com/read/2020/08/13/141352027/sejarah-lomba-panjat-pinang-dipelopori-penjajah-belanda

Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke OMAH Library, Hidden Gem di Tangerang

Panduan Lengkap ke OMAH Library, Hidden Gem di Tangerang

Travel Update
7 Tempat Beli Oleh-oleh Haji dan Umrah di Bandung 

7 Tempat Beli Oleh-oleh Haji dan Umrah di Bandung 

Jalan Jalan
Ada Aturan Baru untuk Turis Asing di Bali, Catat 5 Penting Ini

Ada Aturan Baru untuk Turis Asing di Bali, Catat 5 Penting Ini

Travel Update
Kunjungan Wisman ke Sulsel 69 Persen pada April 2023

Kunjungan Wisman ke Sulsel 69 Persen pada April 2023

Travel Update
Nyulo, Aktivitas Berburu Hewan Laut Saat Malam Hari di  Belitung

Nyulo, Aktivitas Berburu Hewan Laut Saat Malam Hari di Belitung

Jalan Jalan
Kompleks Taman Dadaha di Tasikmalaya Akan Direvitalisasi Jadi Wisata Baru

Kompleks Taman Dadaha di Tasikmalaya Akan Direvitalisasi Jadi Wisata Baru

Travel Update
INDOFEST 2023 Dikunjungi Lebih dari 48.000 Orang, Lampaui Target Awal

INDOFEST 2023 Dikunjungi Lebih dari 48.000 Orang, Lampaui Target Awal

Travel Update
Sejarah Idul Adha, Mengapa Disebut Lebaran Haji dan Kurban?

Sejarah Idul Adha, Mengapa Disebut Lebaran Haji dan Kurban?

Jalan Jalan
Bali Terbitkan Aturan Baru untuk Turis Asing, Cegah Pelanggaran Terulang

Bali Terbitkan Aturan Baru untuk Turis Asing, Cegah Pelanggaran Terulang

Travel Update
5 Tips Diving di Desa Wisata Welora, Perhatikan Bulan Terbaik

5 Tips Diving di Desa Wisata Welora, Perhatikan Bulan Terbaik

Travel Tips
Bukit Porong Labuan Bajo Kembangkan Wisata Tematik, Ada Tarian Adat hingga Falsafah Berkebun

Bukit Porong Labuan Bajo Kembangkan Wisata Tematik, Ada Tarian Adat hingga Falsafah Berkebun

Travel Update
Padukuhan di Tepi DIY Ini Berada di Dasar Lembah Bengawan Solo Purba

Padukuhan di Tepi DIY Ini Berada di Dasar Lembah Bengawan Solo Purba

Jalan Jalan
Desa Wisata Welora di Maluku Barat Daya, Punya Spot Selam Keren yang Digemari Turis Asing

Desa Wisata Welora di Maluku Barat Daya, Punya Spot Selam Keren yang Digemari Turis Asing

Jalan Jalan
Larangan Mendaki Gunung di Bali, Menparekraf: Sedang Diklarifikasi

Larangan Mendaki Gunung di Bali, Menparekraf: Sedang Diklarifikasi

Travel Update
6 Tempat Beli Oleh-oleh Haji dan Umrah di Jakarta 

6 Tempat Beli Oleh-oleh Haji dan Umrah di Jakarta 

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+