Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Masjid Agung Jawa Tengah, Sejarah hingga Arsitektur

KOMPAS.com - Jalur Pantai Utara (Pantura) merupakan jalur tersibuk saat mudik Lebaran. Saat mudik lewat jalur Pantura, sempatkan untuk singgah sembari wisata religi ke masjid.

Salah satunya adalah Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang berada di  Kota Semarang. Tepatnya di Jalan Gajah Raya, Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang.

Selain bangunan yang megah, Masjid Agung Jawa Tengah adalah salah satu masjid terbesar di Indonesia. Ikon masjid ini adalah payung hidrolik raksasa seperti di Masjid Nabawi, Madinah.

Berikut profil Masjid Agung Jawa Tengah seperti dihimpun Kompas.com.

Keberadaan Masjid Agung Jawa Tengah tidak dapat dipisahkan dari Masjid Agung Semarang atau Masjid Kauman Semarang, seperti dikutip dari Kompas.com.

Sebab, Masjid Agung Jawa Tengah dibangun setelah kembalinya tanah banda (harta) wakaf milik Masjid Agung Semarang. Awalnya, Masjid Agung Semarang memiliki tanah wakaf seluas 119,127 hektar.

Dengan alasan tanah wakaf itu tidak produktif, maka ditukar guling dengan tanah seluas 250 hektar di Kabupaten Demak.

Proses tukar guling itu dilakukan dengan PT Sambirejo. Namun dalam prakteknya dialihkan kepada PT Tens Indo milik Tjipto Siswojo.

Namun, tanah seluas 250 hektar di Demak tidak ada wujudnya. Oleh sebab itu, pemerintah Provinsi Jawa Tengah membuat tim terpadu guna mengembalikan tanah wakaf Masjid Agung Semarang.

Usai perjuangan panjang, tanah wakaf Masjid Agung Semarang pun kembali pada 8 Juli 2000. Dari luas tanah 69,2 hektar, sebesar 10 hektar digunakan untuk membangun Masjid Agung Jawa Tengah.

Masjid Agung Jawa Tengah diresmikan untuk umum pada 14 November 2006 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono. Namun, masjid megah itu sudah digunakan untuk ibadah sejak 2004.

Arsitektur masjid 

Arsitektur masjid yang mampu menampung 10.000 jamaah ini, memadukan gaya Jawa, Timur Tengah, serta Romawi, seperti dikutip dari E-Booklet Mudik Jelajahi Masjid Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Arsitektur Jawa tampak pada atap masjid yang berbentuk limas serta dasar tiang masjid yang bermotif batik.

Sementara, arsitektur Timur Tengah dapat dilihat dari payung hidrolik rakasasa, kubah puncak masjid, dan dinding masjid yang dihiasi kaligrafi. Sedangkan, gaya Romawi terlihat pada 25 pilar di bagian plaza masjid, desain interior, dan pewarnaan sudut- sudut bangunan.

Ikon Masjid Agung Jawa Tengah adalah enam buah payung hidrolik raksasa yang berada di teras masjid. Payung yang dapat membuka dan menutup secara otomatis ini, mengadopsi model yang terdapat di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.

Mengutip laman Dunia Masjid Jakarta Islamic Centre, masing-masing payung memiliki tinggi 14 meter hingga 20 meter. Saat dibuka, payung hidrolik tersebut mampu membentang hingga 14 meter, yang berfungsi sebagai atap.

Daya tarik Masjid Agung Jawa Tengah lainnya adalah Menara Asma’ul Husna setinggi 99 meter, yang disebut sebagai Al Husna Tower.

Menara yang berada di pojok barat daya masjid ini, juga berfungsi sebagai menara pandang sehingga menjadi destinasi wisata religi. Dari puncak menara, pengunjung bisa menikmati pemandangan Kota Semarang dan Pelabuhan Tanjung Emas.

Masjid Agung Jawa Tengah juga dekat dengan sejumlah tempat wisata di Kota Semarang.

Sebut saja, Lawang Sewu yang berjarak sekitar 4,9 kilometer (km) dengan waktu tempuh 16 menit. Kemudian, kawasan Kota Lama Semarang yang berjarak 4,2 km dengan waktu tempuh 13 menit berkendara.

Pengunjung Masjid Agung Jawa Tengah juga bisa mampir ke ikon Kota Semarang, Simpang Lima yang berjarak 4 km dari lokasi masjid.

https://travel.kompas.com/read/2023/04/05/184600327/mengenal-masjid-agung-jawa-tengah-sejarah-hingga-arsitektur-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke