Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tempat Lahir RA Kartini, Simak 7 Fakta Kota Jepara

KOMPAS.com - Sosok Raden Ajeng (R.A) Kartini dikenal sebagai pahlawan yang memperjuangkan emansipasi wanita. RA Kartini lahir di Kota Jepara, Jawa Tengah, pada 21 April 1879

Oleh sebab itu, masyarakat Indonesia memperingati Hari Kartini setiap 21 April. Sebagai tempat lahir RA Kartini, Kota Jepara menyimpan banyak fakta yang menarik untuk diketahui.

Berikut sejumlah fakta Kota Jepara yang merupakan tanah kelahiran RA KArtini, seperti dihimpun Kompas.com.

Kota Jepara memiliki sejumlah julukan, salah satunya adalah Bumi Kartini. Adapun julukan Bumi Kartini diberikan sebab Kota Jepara merupakan tanah kelahiran RA Kartini.

Keluarga RA Kartini merupakan keturunan bangsawan Jawa. Ayahnya, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat merupakan Bupati Jepara dan ibunya adalah M.A. Ngasirah

Sementara, kakeknya adalah Pangeran Ario Tjondronegoro IV yang diketahui sebagai sosok cerdas bahkan menjadi bupati di usia 25 tahun.

Salah satu tempat mengenang kelahiran RA Kartini adalah Monumen Ari-ari Kartini  yang berada di Desa Pelemkerep, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara.

Mengutip situs web Tourism Information Center Jepara, monumen tersebut merupakan lokasi ari-ari atau plasenta waktu Kartini lahir yang dipendam dalam tanah sesuai dengan adat Jawa.  Dulunya, lokasi tersebut merupakan rumah keluarga Kartini. 

Monumen yang didirikan pada 1979 tersebut menyerupai bunga teratai yang bermakna kelahiran. Kuncup kedua bunga teratai berjumlah 21 yang mewakili tanggal kelahiran Kartini. 

Kota Jepara juga tersohor dengan seni ukir yang telah menembus pasar internasional. Oleh sebab itu, Kota Jepara juga dijuluki sebagai Kota Ukir.

Mengutip laman Indonesia.go.id, sejak abad ke-19 Jepara telah dikenal sebagai daerah yang memproduksi mebel dan ukiran. Ukiran Jepara sudah ada sejak  pemerintahan Ratu Kalinyamat sekitar 1549.

Kemampuan mengukir di Jepara telah diturunkan dari generasi ke generasi. Di Jepara, kegiatan mengukir dan memahat telah menjadi bagian dari budaya, seni, dan ekonomi masyarakat.

Ukiran Jepara memiliki ciri khas melalui corak dan motif yang membedakannya dengan ukiran dari kota lain. Selain indah, ukiran Jepara berbahan kayu jati bisa bertahan dengan baik hingga lebih dari 20 tahun lamanya.

3. Makna Jepara 

Nama Jepara ternyata memiliki makna yang berkaitan dengan sejarah daerah tersebut. Mengutip laman PPID Kabupaten Jepara, nama Jepara berasal dari kata Ujung Para, Ujung Mara, dan Jumpara.

Kemudian, kata tersebut berubah menjadi Jepara. Maknanya adalah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah.

4. Pernah jadi pusat niaga di Pulau Jawa 

Kota Jepara pernah menjadi pusat niaga atau bandar niaga di Pulau Jawa pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), seperti dikutip dari laman PPID Kabupaten Jepara.

Kala itu, Jepara melayani perdagangan ekspor impor serta menjadi pangkalan angkatan laut Kerajaan Demak. Pada masa itu, rakyat Jepara hidup gemah ripah loh jinawi karena menjadi pusat arus lalu lintas perdagangan di Pulau Jawa.

Menurut seorang penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya Suma Oriental, Jepara sudah melayani perdagangan dalam jumlah kecil sejak abad ke-15. Pada masa itu, Jepara baru dihuni oleh 90-100 orang, dipimpinan oleh Aryo Timur, serta masih berada di bawah pemerintahan Kerajaan Demak.

Kota Jepara memiliki salah satu masjid tertua di Indonesia, yakni Masjid Mantingan. Lokasinya berada di Desa Mantingan, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara.

Masjid ini dibangun pada 1481 sehingga usianya mencapai 542 tahun. Masjid Mantingan dibangun oleh Ratu Kalinyamat untuk mendiang suaminya Sultan Hadiri yang meninggal dibunuh Arya Penangsang.

Untuk mengenang sang suami, Ratu Kalinyamat membuat makam beserta masjid yang sekarang dikenal sebagai Masjid Mantingan. Ratu Kalinyamat juga turut dimakamkan di kompleks Masjid Mantingan.

Kompleks masjid bersejarah ini mempunyai luas lebih kurang 7 hektar yang terdiri atas bangunan masjid, makam, dan museum. Masjid bersejarah ini memiliki sekitar 114 relief yang menempel pada dinding masjid.

6. Pernah terpisah dari Pulau Jawa

Mengutip Kompas.com (17/2/2022), wilayah Jepara ternyata pernah terpisah dari Pulau Jawa. Kota Jepara sempat dipisahkan oleh Selat Muria yang melintasi Kabupaten Demak hingga Rembang.

Seiring berjalannya waktu, terjadi pendangkalan di Selat Muria sehingga membuat kedua daratan secara perlahan menyatu. Teori geologi ini didukung dengan temuan sejumlah fosil hewan laut di Situs Patiayam Kudus serta penampakan Bledug Kuwu di Kabupaten Grobogan.

Kepulauan Karimunjawa merupakan salah satu wisata populer di Indonesia yang terkenal dengan keindahan lautnya. Namun, sebagian masyarakat belum mengetahui jika Kepulauan Karimunjawa masuk wilayah Kabupaten Jepara.

Akses dari Kabupaten Jepara ke Kepulauan Karimunjawa dilayani oleh kapal ferry melalui Pelabuhan Jepara dan kapal cepat dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

Wisatawan bisa menikmati pilihan wisata darat atau wisata laut di Kepulauan Karimunjawa.

Bagi wisatawan yang memilih wisata darat, dapat mengunjungi pantai berpasir putih, yakni Pantai Bobi, Pantai Tanjung Gelam, dan Pantai Anora.

Sementara, wisatawan yang ingin menikmati pengalaman bermain di laut, maka dapat mengunjungi Pulau Menjangan Kecil dan Pulau Cemara Kecil. Kedua pulau ini memiliki terumbu karang dan sejumlah biota laut.

https://travel.kompas.com/read/2023/04/17/223900027/tempat-lahir-ra-kartini-simak-7-fakta-kota-jepara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke