Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bagaimana jika Pilot Tidur Selama Penerbangan?

KOMPAS.com - Kelelahan bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pilot yang tengah menerbangkan pesawat. 

Baru-baru ini, pilot Batik Air tertidur di tengah penerbangan dari Kendari, Sulawesi Tenggara, menuju Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, akibat kurang istirahat. 

Sebelumnya pada tahun 2022, ada pula pilot Ethiopian Airlines tertidur di ketinggian 37.000 kaki (sekitar 11,27 kilometer).

Dalam dunia penerbangan, terdapat mode otopilot atau pilot otomatis. Mode ini menjadi solusi bila pilot butuh beristirahat sejenak saat menerbangkan pesawat.

Dikutip dari News18.com, Selasa (12/3/2024), mode otopilot memungkinkan pilot untuk mengoperasikan pesawat berdasarkan instruksi yang telah diprogram sebelumnya.

Aktivasi otopilot terjadi setelah mencapai ketinggian tertentu pasca-lepas landas dan dalam kondisi cuaca yang aman.

Meskipun otopilot mengambil alih kendali pesawat, mematikan otopilot sebelum mencapai bandara tujuan tetap menjadi langkah penting untuk menghindari bahaya.

Alarm peringatan akan berbunyi di kokpit jika pilot tertidur tanpa mematikan otopilot dan pesawat sudah melewati tujuan.

Terlepas dari keberadaan otopilot, pertanyaan yang sering muncul adalah apakah pilot boleh tidur selama penerbangan atau tidak.

Secara garis besar, pilot diizinkan beristirahat sejenak pada penerbangan jarak jauh, dan kadang-kadang pada penerbangan jarak pendek jika lelah melanda.

Akan tetapi, harap diperhatikan bahwa peraturan setiap maskapai penerbangan berbeda. 

Selain itu, peraturan ketat diberlakukan dan air traffic control (kontrol lalu lintas udara) mengawasi pesawat secara terus-menerus sehingga instruksi merekalah yang menjadi prioritas utama.

Selain mode otopilot, terdapat pula istilah controlled rest in position (istirahat terkendali dalam posisi atau CRIP). 

Dikutip dari Forbes tahun 2019, teknik CRIP telah diterapkan di sejumlah negara, antara lain Kanada dan Australia, tetapi dilarang di Amerika Serikat.

Teknik ini dinilai sebagai penanggulangan kelelahan yang efektif, meskipun buktinya masih sedikit. 

Ada sebuah penelitian yang menunjukkan, pilot yang tidur siang selama 40 menit memiliki waktu reaksi yang lebih cepat dengan tingkat kewaspadaan subjektif yang lebih tinggi, dibanding kelompok yang tidak tidur siang.

Tidak hanya itu, studi dari Embry-Riddle pada tahun 2015 menunjukkan, mayoritas pilot di Amerika Serikat yang menjadi responden mendukung penggunaan CRIP sebagai langkah preventif. 

Sebanyak dua pertiga pilot yang menjadi responden menyetujui penggunaan CRIP, sedangkan 16 persen dari mereka tidak setuju dan 14 persen sisanya netral. 

Dalam rata-rata, para pilot merasa bahwa tidur siang sebanyak dua kali sebaiknya diperbolehkan dalam rentang waktu empat jam, dengan durasi setiap tidurnya selama 45 menit. 

Selain itu, mereka juga merasa bahwa 15 menit merupakan waktu yang cukup untuk mengatasi sleep inertia atau keadaan bingung saat dibangunkan secara mendadak.

Kendati demikian, penggunaan CRIP sebaiknya diatur dengan ketat, apalagi saat cuaca tengah buruk dan keadaan darurat terjadi.

Pilot yang ingin beristirahat sejenak harus memberitahu ko-pilot dan lead flight attendant (pramugari utama). Mereka juga hanya boleh tidur dalam jangka waktu tertentu, dan ko-pilot harus tetap terjaga pada waktu tersebut. 

https://travel.kompas.com/read/2024/03/13/114312427/bagaimana-jika-pilot-tidur-selama-penerbangan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke