Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sop Empal, Kelezatan Tiga Generasi

Kompas.com - 18/03/2008, 15:25 WIB

"Sejak awal berdiri, sajian sop empal ini memang sudah begini adanya. Saya tidak ingin mengubahnya karena takut nanti ciri khasnya akan hilang," ujarnya.

 

Tiga generasi

Ciri khas sop empal ini, menurut Ny Haryoko, sudah menjadi warisan dari dua generasi pendahulunya. Awalnya, warung ini dibuka oleh nenek Ny Haryoko yang dikenal dengan nama Mbah Karto dan kemudian dilanjutkan oleh ibunya, Ny Ngalim.

Sebagai warisan, dia pun tetap menjalankan usaha sama seperti yang diajarkan ibunya. Mulai dari cara memasak hingga menghidangkan, diakui olehnya, tidak ada yang berbeda.

Kendatipun demikian, Ny Haryoko mengatakan tidak tahu apa-apa perihal asal-usul masakan. "Kalau ada orang, misalnya, bertanya kenapa sop hanya memakai kubis dan bihun, saya sendiri tidak tahu dan tidak pernah menanyakan," papar Riati.

Pada masa sekarang, wanita asli Muntilan ini pun mengaku tetap ingin mewariskan usaha ini kepada anak-anaknya. Kepada mereka, resep warisan ini pun sudah diberitahukan.

Dalam beberapa kesempatan, putri sulungnya pun sengaja disuruh untuk membantu menjaga warung.

 

Lidah dan paru

Nikmatnya rasa sop empal ini biasanya mengundang ramai pengunjung pada jam makan siang. Selain daging, para tamu juga dapat menikmati hangatnya sop dengan paduan lidah atau paru sapi.

Saat masih ditangani oleh nenek dan ibunya, demikian Ny Haryoko, warung ini sempat pula menyajikan aneka jeroan sapi, seperti limpa dan usus.

Namun, bersama berjalannya waktu, perlahan-lahan permintaan konsumen pun mulai berkurang. Sebagian pengunjung yang sudah berusia di atas 40 tahun mulai menolak mengonsumsi jeroan dengan alasan kesehatan karena kadar kolesterol yang demikian tinggi dalam isi perut itu.

"Dengan pertimbangan itulah jeroan mulai saya singkirkan. Pada intinya, saya ingin agar semua hidangan yang ada di sini dapat dinikmati semua usia tanpa rasa waswas berlebihan," terangnya. Maka, setidaknya tercapailah apa yang diinginkan Ny Haryoko.

Kompas/Regina Rukmorini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com