Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merenda Masa Lalu di Pancoran

Kompas.com - 27/01/2009, 09:38 WIB

Di sini, para penjaja mengambil air dan menjajakannya di tepian kali kanal (grachten) kota. Tempat ini juga menjadi tempat minum dan istirahat kuda-kuda yang menarik kereta.

Di tempat ini pula, para kelasi mengambil air untuk bekal perjalanan kapal-kapal mereka yang sedang sandar di Pelabuhan Sunda Kelapa. Karena lama menunggu giliran, sebagian dari para kelasi itu memanfaatkan waktu menunggu dengan menjual barang-barang selundupan yang mereka bawa dari kapal.

Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van Imhoff (1743-1750), dibangun instalasi air yang menyalurkan air dari waduk ke kastil. Ini membuat para kelasi tak perlu lagi mengambil air di pancuran. Jaringan air yang terbuat dari balok kayu persegi yang disambung-sambung dengan timah ini pun masuk ke balaikota. Sebagian air muncul dalam bentuk air mancur di halaman balaikota.

Tahun 1685, kualitas air Kali Ciliwung yang disalurkan lewat Kali Molenvliet ke waduk keruh. Air akhirnya hanya digunakan untuk air minum kuda.

Pasang surut

Awal abad ke-20, predikat Pancoran sebagai pusat kuliner di Jakarta berkembang. Tahun 1920-an, Pancoran tak hanya diwarnai tenda-tenda jajanan kaki lima, tetapi juga oleh kehadiran sejumlah restoran. Selain itu, toko-toko obat tradisional China dan ruang-ruang perawatan sinse mulai bermunculan di sana.

Restoran paling populer kala itu antara lain Restoran Zong Hua, Beng Hiong, Kamleng, Kwetiau Sapi Siay A Ciap, Tay Too Lin, dan Shi Hay Juan. Aneka masakan Betawi, seperti soto, sop, dan sate kambing pun, kian banyak disajikan di balik tenda-tenda dan gerobak kaki lima.

Namun, saat Jepang menjajah, keriuhan dan hiruk-pikuk kawasan Pancoran memudar. Pancoran sepi, tetapi pada tahun 1945, Pancoran kembali menggeliat. Restoran-restoran kembali buka.

Tahun 1960-an, suasana di Pancoran kian ingar-bingar oleh rezeki minyak. Suasana ekonomi nasional yang menggembirakan itu semakin cerah pada tahun 1970-an.

Eksotisme Pancoran tak hanya dikenal sebatas Jakarta dan sekitarnya saja, tetapi juga sudah disejajarkan dengan pusat kuliner China di Hongkong. Banyak selebritis Taiwan, Hongkong, dan Singapura ke Jakarta hanya untuk memanjakan perut dan lidah mereka di Pancoran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com