MAGELANG, SABTU--Keragaman budaya bangsa harus terus dipertahankan untuk menghadapi berbagai tantangan budaya global karena keragaman itu menjadi modal untuk membangun kehidupan Indonesia yang lebih baik.
"Untuk menghadapi masa depan dan budaya global, wajib kita memertahankan keragaman budaya," kata Dirjen Purbakala Depbudpar, Hari Utoro Drajat dalam sambutan tertulis dibacakan Direktur Sejarah dan Purbakala, Suroso pada perayaan Cap Go Meh di Magelang, Jumat malam.
Pada perayaan Cap Go Meh yang berlangsung di Kelenteng "Hok An Kiong" Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu ia mengatakan, keragaman budaya menjadi basis bagi upaya pengembangan kebudayaan bangsa dan pembangunan ekonomi secara kreatif.
Pada masa lalu, katanya, keragaman budaya antarbangsa telah mengkristal menjadi bangsa Indonesia.
Perayaan Cap Go Meh yang berkembang di Indonesia pada saat ini sebagai salah satu bukti hasil hubungan antarbangsa pada masa lampau khususnya antara kebudayaan China dan Indonesia.
Pada kesempatan itu ia menyebutkan berbagai bukti sejarah menyangkut hubungan harmonis kebudayaan Indonesia dan China sejak lebih dari dua ribu tahun lalu.
"Cap Go Meh contoh dari keragaman budaya yang semula asing namun kini telah melengkapi khasanah kebudayaan Indonesia, menjaga hubungan antarumat, suku, budaya, dan akulturasi budaya," katanya.
Sementara itu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Dinas Pariwisata DIY Tazbir menyatakan pentingnya pluralisme menjadi peluang untuk mengembangkan keragaman budaya melalui dialog dan interaksi.
"Banyak hal bisa digali dari pluralisme itu, untuk meningkatkan hubungan antarumat beragama dan cita-cita mewujudkan kemakmuran," katanya.
Gubernur Jateng, Bibit Waluyo, dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Badan Koordinasi Pembangunan Wilayah Kedu dan Surakarta, Adi Sujono mengatakan, pluralisme harus dikelola secara baik sebagai pondasi kelanjutan pembangunan kehidupan masyarakat yang lebih baik pada masa mendatang.
Perayaan Cap Go Meh, katanya, bukan terbatas untuk kalangan tertentu namun dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, untuk promosi budaya dan pariwisata, serta memantapkan situasi sosial.
Ia juga menyatakan pentingnya tokoh masyarakat dan tokoh agama memainkan peranan pentingnya dalam melakukan formulasi pemahaman tentang toleransi guna mewujudkan kehidupan masyarakat yang damai dan kondusif. "Kerukunan dipengaruhi oleh dinamika sosial," katanya.
Ketua Tri Dharma Jateng, David Hermanjaya, mengatakan perayaan Cap Go Meh di Indonesia merupakan pesta multikultur yang menguatkan kebersamaan masyarakat.
"Perbedaan bisa dirayakan, bukan kendala kebersamaan. Potensi bangsa yang dikelola secara cerdas akan mengangkat martabat bangsa," katanya.
Perayaan Cap Go Meh di kelenteng berumur 104 tahun yang terletak di Kota Muntilan itu antara lain ditandai dengan pementasan berbagai kesenian rakyat, kesenian bernafas Tionghoa, dan santap bersama dengan menu khas lontong bahagia, bakmi panjang umur, serta sekoteng jodoh. (ANT)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.