Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beni, Perajin "Tulang" dari Tlatar

Kompas.com - 08/04/2009, 00:59 WIB

Kreativitas membuat kerajinan tulang yang diberi label nama Boneart-Tlatar itu tak terlepas dari andil teman mainnya sejak kecil, Parmono atau Mono (27), panggilannya. Tentang nama merek produknya itu, kata Beni, ”boneart” untuk menggambarkan kerajinan ini terbuat dari tulang belulang. Adapun ”Tlatar” adalah tempat kelahirannya.

Mono membantu Beni mengurus 13 kolam lele di belakang rumahnya. Memelihara lele adalah usaha yang dijalani Beni untuk menyambung hidup setelah terkena PHK massal dari pabrik tekstil di Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, akhir tahun 2007.

Pada awal tahun 2008, Beni dan Mono mulai memanen lele. Setelah menguras habis air kolam, di tepian kolam teronggok tumpukan tulang-tulang sisa pakan tambahan lele. Mono melihat kepala ayam yang sudah menjadi kerangka. Entah mengapa, ketika itu imajinasinya melayang, membayangkan kepala ayam itu seperti kepala monster. Hari itu juga Mono dibantu Beni mencoba membentuk sosok monster yang tergambar dalam benak mereka.

Hasilnya ternyata lumayan unik meski masih sederhana. ”Monster” itu lalu dipajang di ruang tamu rumah Beni. Beberapa kenalannya yang melihat ”monster” berbahan tulang sisa pakan lele itu tertarik dan memesan produk serupa.

Merasa ada peluang, jiwa bisnis Beni muncul. Dia mengajak Mono membuat lebih banyak kreasi hingga kemudian hasil karya mereka juga diketahui dinas usaha kecil dan menengah setempat. Mereka kemudian diajak ikut pameran ke berbagai tempat dan kota.

”Sewaktu pameran di Yogyakarta, kami sudah mendapat pesanan meski jumlahnya relatif kecil. Namun, karena ini produk kerajinan tangan, memang tak bisa langsung dikerjakan dalam waktu cepat,” katanya.

Duet Beni dan Mono lalu mencoba mengembangkan bentuk selain sosok monster. Mereka mencoba membuat sesuatu yang lebih menantang. Namun, Mono memutuskan untuk berhenti dua bulan lalu. Maka, Beni bekerja sendiri meneruskan usaha kerajinan berbahan baku tulang belulang itu.

Tawaran lewat ”blog”

Meski bisa dikatakan unik, kata Beni, pemasaran produk kerajinan tulang ini masih tertatih-tatih. Ia baru bisa berharap dari pameran ke pameran. Dia masih enggan menawarkan kerajinan tulang itu melalui galeri seni.

”Saya berencana membuat galeri sendiri di rumah, tetapi masih belum terwujud karena terkendala modal. Untuk membuat karya yang dipamerkan di Jakarta saja, saya sudah habis-habisan. Uang dari hasil menjual lele nyaris semuanya dipakai untuk modal membuat kerajinan,” tuturnya sambil menunjukkan belasan kerajinan tulang.

Untuk mengatasi masalah pemasaran, sekitar sebulan lalu Beni dibantu sepupunya mencoba menggunakan jejaring internet. Dia membuat blog yang berisi foto-foto dan narasi singkat tentang kerajinan tulang produknya dalam www.boneart-tlatar.blogspot.com. Namun, media ini masih sangat sederhana, baik tampilan maupun isinya.

”Saya tetap merasa kerajinan ini unik dan bernilai tinggi. Saya berharap setelah pemasarannya bisa lebih luas, saya bisa mengajak orang-orang di kampung untuk ikut membuatnya. Sepanjang ada kreativitas, pasti ada jalan,” ungkapnya optimistis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com