Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Taiwan Memikat Indonesia

Kompas.com - 02/12/2010, 15:06 WIB

Rombongan juga diajak singgah makan di restoran yang menyediakan makanan halal. Chinese Muslim Association telah menyelia dan memastikan bahwa makanan yang disajikan telah disiapkan dan dimasak sesuai dengan kaidah Islam. Ishaq mengakui, makanan halal di Taiwan sedikit lebih mahal. ”Tapi ini untuk melindungi konsumen Muslim di Taiwan,” kata Ishaq.

Yang pasti, rombongan juga diajak berkeliling ke berbagai obyek wisata di Taiwan. Sekalipun tidak tuntas menelusuri dari ujung ke ujung wilayah Taiwan, perjalanan selama lima hari menunjukkan bagaimana Taiwan mengelola dengan baik potensi wisatanya. Bahkan, ketika ada masalah, alternatif sudah disiapkan. Misalnya, ketika sebagian jalan dinyatakan tertutup pasca-serangan taifun Megi dan juga longsor yang menyapu sebuah bus wisata berpenumpang 19 turis asal China di jalan bebas hambatan Yilan, Taiwan timur laut. Panitia langsung mengalihkan rencana perjalanan darat dengan bus menjadi dengan kereta api. Semua agenda tersusun padat, melelahkan, tetapi rapi.

Polesan

Dalam perjalanan itu, terlihat upaya Taiwan mereduksi ketidaknyamanan di wilayahnya sehingga bisa memikat pelancong. Misalnya, pelancong bisa dibuat seolah lupa dengan ancaman taifun dan gempa saat berada di menara Taipei 101 yang berketinggian 508 meter dan dilengkapi dengan lift supercepat. Pantai timur Taiwan yang berbatasan dengan Samudra Pasifik dengan ombaknya yang ganas disulap menjadi lokasi wisata yang indah seperti terlihat di East Coast National Scenic Area ataupun di Hualien dengan Ocean Park-nya. Perkebunan buah srikaya menuju Taitung juga bisa dijadikan area wisata. Pegunungan di bagian tengah juga terlihat tidak menyeramkan karena Taroko Gorge menjanjikan tempat terbaik bagi pemanjat tebing dan wisatawan yang gemar bertualang.

Kebutuhan pelancong pun terlihat sangat diperhatikan. Contoh sederhana, penyelenggara Taipei International Flora Exposition 2010 menghitung benar bahwa perempuan lebih gampang kebelet ke toilet. Hasilnya, toilet di area ekspo tersebar di berbagai titik dengan perbandingan 1:5 antara toilet untuk lelaki dan perempuan.

Untuk membuat betah pelancong, pengelola hotel punya cara. Mereka terbiasa menyiapkan acara budaya pada malam hari. Hotel Naruwan di Taitung, misalnya, menyiapkan agenda pentas untuk tim kesenian setempat. Seperti kebanyakan hotel butik lainnya, Shanggrilla Boutique Hotel di Yilan mengajak penginap terlibat dalam sejumlah permainan, semisal lentera malam atau adu gasing. Pengelola hotel lainnya pun, seperti Master Bear Resort di ”pedalaman” Taitung, menjanjikan beragam kegiatan untuk turis yang menginap.

Lantas, bagaimana jika dibandingkan dengan Indonesia? Mengutip Andre dari Wita Tour, potensi wisata Indonesia jelas tidak kalah dari Taiwan. Sun Moon Lake tidak sebanding dengan keluasan dan keindahan Danau Toba. Pantai di Hualien dengan Ocean Park-nya sekalipun tidak menang telak ketimbang kebanyakan pantai di Bali, Lombok, ataupun Bangka Belitung. Indonesia pun memiliki banyak museum yang bisa ”bercerita” tentang keragaman kekayaan Indonesia.

Menurut M Yusuf Willy, Branch Manager Dwidaya Tour, sebenarnya potensi Taiwan pun mesti dipaketkan bersama dengan obyek wisata di Singapura, Thailand, atau China agar bisa lebih atraktif bagi pelancong. Hanya saja kemasan wisata Taiwan unggul jauh dari Indonesia.

Bukan hanya melulu wisata alam, misalnya, tetapi juga bisa didapatkan sepaket dengan wisata budaya dan wisata belanja. Hasilnya, wisatawan bisa menghabiskan waktu lebih lama di Taiwan. Hal ini berbeda dengan Indonesia yang praktis lebih diminati hanya paket Jakarta-Bali. ”Harus diakui, mereka (Taiwan) lebih pintar mengemasnya ketimbang kita (Indonesia),” kata Willy.

Memang terasa benar perbedaan cara berpromosi pihak Taiwan dengan (kebanyakan) pihak Indonesia.

Setahun lalu, rombongan promosi pariwisata dari sebuah kementerian yang bermuhibah ke New York, Washington, dan Toronto lebih banyak menghabiskan waktu untuk menghibur warga sendiri, jalan-jalan, dan belanja. Amboi, terasa nian bedanya. (Sidik Pramono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com