Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tambangan, Jejak Peradaban Brantas (2)

Kompas.com - 16/03/2011, 06:42 WIB

Setiap shift ada tiga orang yang bekerja. Seorang mengendalikan dayung, sebagai kendali perahu. Dua orang lainnya, memegang tali, yang disebut tambang dalam Bahasa Jawa, dan menjadi asal nama tambangan itu.

Tali atau tambang inilah yang mengikat perahu, supaya perahu tak akan pernah bergeser dari tempatya. Ada dua tali. Satu yang berada sedikit di at as permukaan air, yang menjulur menyeberang sari sisi sungai satu ke sisi sungai lain. Berfungsi sebagai pegangan dua operator pendorong tenaga.

Satu tambang lainnya berupa kawat baja, yang berfungsi sebagai semacam rel, dengan roda yang terus berjalan b olak-balik sepanjang proses penyeberangan.

Kawat baja lainnya menghubungkan as roda dengan badan perahu. Ini menjadikan perahu tak pernah bergeser lokasinya, sehingga bisa merapat tempat ke lokasi dua dermaga di masing-masing sisi sungai.

Dewasa ini perahu-perahu yang semula dari bahan kayu, telah berganti dengan perahu besi. Badan perahu berlunas tunggal, bertindak sebagai semacam ponton.

Lambungnya dari bahan besi yang lebar, seperti struktur kapal feri roll on roll off (ro-ro). Baru sekitar setahun terakhir perahu ini dibuat, dengan biaya Rp 100 juta, dikerjakan di bengkel setempat.

Menurut Nohan, sebagai pemimpin kelompok, dirinya mewarisi bisnis ini dari ayahnya, yang kini karena sudah tua hanya sesekali ikut bekerja. Ayahnya itu, Pak To, juga mewarisinya dari kakek Nohan.

"Jadi ini turun temurun di keluarga kami. Selain ayah, kakak ipar saya juga bekerja disini. Jadi ini bisa disebut usaha keluarga, ditambah warga desa lainnya," kisahnya.

Artinya, perahu tambangan ini dengan demikian telah membentuk adaptasi teknologi, yang pasti amat berbeda dibanding teknologi tambangan zaman Majapahit. Namun ini tetap budaya yang sama dengan era itu. Adaptasi lainnya tentulah organisasi pengelolanya, yang kini berkembang sebagai usaha ekonomi kelompok warga.

Sungai Brantas yang diyakini sangat penting sebagai pilar dua peradaban di wilayah ini, kerajaan Singosari disusul Majapahit, pasti kegiatan tambangan ini dulunya merupakan alat transportasi utama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com