Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derap Soya-soya, Semangat Ternate

Kompas.com - 24/04/2011, 08:34 WIB

Oleh: A Ponco Anggoro

Alunan musik tifa dan gong membahana di Lapangan Ngara Lamo, Ternate, Maluku Utara, Minggu (3/4/2011). Seketika itu pula, ribuan anak, mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, yang memadati lapangan hingga ke ruas-ruas jalan yang mengitari lapangan bergerak bersama menari.

Pakaian mereka seragam. Bandana berwarna kuning diikatkan pada kepala, pakaian putih-putih, dan rok berwarna-warni. Sambil memegang salawaku (tameng) di tangan kiri dan ngana-ngana (pedang) yang terbuat dari daun woka di tangan kanan.

Derap langkah, gerak ngana- ngana dan salawaku ditambah lagi semangat yang tebersit itu menyerupai semangat pasukan Sultan Ternate, yakni Sultan Baabullah, ketika hendak mengambil jenazah Sultan Khairun dari tangan Portugis di Benteng Sao Paulo, Ternate, sekaligus mengusir Portugis pada akhir abad ke-16.

Memang, pada era Sultan Baabullah atau Sultan Ternate Ke-24 inilah, soya-soya tercipta. Soya-soya saat itu dimaknai sebagai perang pembebasan dari Portugis. Sejak perang dikobarkan pasca-tewasnya Sultan Khairun tanggal 25 Februari 1570, kekuasaan Portugis jatuh tahun 1575.

Di era Baabullah ini pula, Kesultanan Ternate mencapai puncak kejayaannya dengan menjadi penguasa 72 pulau berpenghuni di wilayah timur Nusantara hingga Mindanao Selatan di Filipina dan Kepulauan Marshall.

Tidak dibayar

Selama hampir 30 menit, tarian soya-soya diperagakan. Sebanyak 8.125 penari turut serta. Hasilnya, mereka bisa mengukir prestasi sebagai rekor ke-4.816 Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri). Festival Soya-soya, nama dari acara tersebut, merupakan bagian dari pesta rakyat Maluku Utara, Legu Gam 2011, yang berlangsung hingga 16 April di Ternate.

”Tarian soya-soya merupakan bagian dari budaya Maluku Utara. Sejak masih kecil, anak-anak sudah mempelajarinya di kampung-kampung. Kemudian saat di sekolah dasar, tarian ini diajarkan lagi,” ujar Udin Ismail (45), warga Ternate yang anaknya turut serta dalam Festival Soya-soya.

Di Ternate, tarian ini memang menjadi muatan lokal yang wajib diajarkan. ”Seminggu sekali, setiap hari Sabtu, tarian itu diajarkan sebagai bagian dari pengembangan diri murid,” kata Kepala Sekolah Dasar Ngidi, Chadijah. Tarian lalu sering digunakan untuk menyambut tamu atau acara-acara adat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com