Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meniti Ghat Varanasi (1)

Kompas.com - 21/09/2011, 22:24 WIB

Kota ini terletak di tepi Sungai Suci Gangga, yang memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari di tengah riuhnya penduduk Varanasi. Sebagai kota tertua, konon Varanasi telah menjadi saksi bisu dari banyaknya pergolakan dan peristiwa sejarah.

Mitologi batas kota dengan sejumlah situs dan lembaga keagamaan juga tempat ibadah di seluruh pelosok kota, yang dikunjungi orang setiap hari terutama di pagi hari dan sore hari.

Untuk menyibak lebih dekat, masyarakatnya telah membuka hati untuk kita yang ingin mengunjungi ke beberapa tempat penyembahan yang masih tertuang pada praktek kehidupan di kota.

Lewat perjalanan 16 jam dengan kereta api dari Kota Agra, akhirnya kami sampai di Varanasi JN, nama stasiun kereta api satu-satunya di Varanasi. Soal akomoditas dan transportasi kota ini lebih mengaktifkan kendaraan umum berskala kecil dan tradisional seperti bus dalam kota dan autoricksaw, yang berbentuk seperti bemo atau bajaj baik dengan argo resmi atau menawar.

Lebih unik lagi adalah ricksaw atau tuk-tuk kalau di Thailand. Tuk-tuk bentuknya seperti bajaj, tetapi tuk-tuk di sini bentuknya seperti becak, bedanya becak di Indonesia pengendaranya di belakang, kalau di India pengendaranya di depan.

Kami memilih menggunakan autoricksaw untuk sampai penginapan yang terdapat di pusat kota di tepi Sungai Gangga. Perlu merogoh kocek sebesar 50 rupee atau sebesar Rp 10.000 saja, namun kami rasa harga pantas untuk turis asing setelah sebelumnya melakukan penawaran hampir 15 menit lamanya.

Dalam hal akomodasi, kota ini memang banyak menyediakan penginapan. Dari mulai harga yang relatif eksklusif seperti hotel, hingga harga berbujet backpacker seperti hostel atau guest house. Semuanya berjejer di tepian Sungai Gangga.

Berhubung misi ini bergaya backpacker, kami memutuskan untuk tinggal di salah satu guest house murah yang terdapat di tepi sungai. Mishra Guest House terletak di Manikarnika Ghat, salah satu dari puluhan ghat atau gang berbentuk titian batu anak tangga yang mengarah ke tepian Sungai Gangga. Biaya menginap tak lebih dari Rp 50.000 per malam.

Tak seperti yang kami bayangkan, ternyata butuh perjuangan unik untuk bisa sampai ke penginapan. Karena, semua kendaraan kecuali motor hanya bisa mengantarkan sampai di setiap ghat di tengah-tengah riuhnya pusat perdagangan di kota ini.

Menelusuri lika-liku jalan kecil yang sempit sejauh 800 meter, dihimpit oleh barisan toko-toko milik pribumi sekitar yang terkadang sekaligus dijadikan tempat tinggal. Juga diiringi dengan kuil-kuil beraroma dupa menyengat dan lantunan lagu-lagu pujian berbahasa Hindi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com