Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantra Bujang-Gadis, Mantra Pelet nan Kuno

Kompas.com - 14/10/2012, 09:32 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

Pepadun dan Saibatin

Dua suku asli Lampung ditampilkan di ruang pameran yang berada di lantai dua. Pepadun merupakan suku di pedalaman, sedangkan Saibatin di daerah pesisir. Dalam ruang pameran, pengunjung bisa melihat tradisi dua suku tersebut mulai dari kelahiran sampai kematian.

Salah satu yang menarik adalah tradisi serah sepi bilah atau asah gigi. Baik dari suku Pepadun maupun Saibatin menerapkan tradisi tersebut. Serah sepi bilah merupakan tradisi meratakan gigi yang memiliki makna pengendalian diri terhadap enam musuh dalam diri manusia.

Enam musuh yang dimaksud adalah hawa nafsu berlebihan, sifat rakus, amarah, mabuk, kebingungan, dan iri hati. Upacara tersebut diadakan saat si anak memasuki masa remaja. Tradisi serah sepi bilah sudah ada sejak masa Hindu di Lampung.

Koleksi menarik lainnya adalah kain tapis. Ya, kain tapis memang lekat pada masyarakat Lampung. Kain tapis merupakan tenun ikat yang diberikan sulaman dengan motif-motif tertentu. Pada suku Saibatin, kain tapis disebut sebagaik kain inuh.

Motif-motif yang hadir bisa berupa pohon, lajur, riak gelombak dan binatang laut, tunas dan sulur daun, hingga motif kapal. Masyarakat sekitar pantai barat Lampung atau daerah Krui menyebut kain tenun dengan motif kapal sebagai istilah pelepal atau taber.

Rumah tua

Tepat di bagian depan museum terdapat rumah panggung tradisional khas Lampung. Rumah tua tersebut berasal dari Desa Kenali, Lampung Barat. Oleh karena itu, rumah tersebut disebut sebagai Rumah Kenali.

“Usianya sudah 325 tahun. Rumah itu kita datangkan langsung dari Desa Kenali. Sebagian kayunya  yang sebagai fondasi kami ganti, tapi sisanya masih asli,” kata Oki.

Tak hanya rumahnya, lumbung pun dibawa serta. Ada hal unik dari lumbung tersebut. Di bagian pintu terdapat alarm tradisional. Pencuri yang nekat membuka pintunya akan terkena panah beracun. Sebuah pasak dipasang di depan pintu. Jika terinjak, maka panah meluncur.

“Tidak mematikan. Biasanya si pencuri jadi kaku tangannya. Yang pasang alarm adalah anak laki-laki tertua di rumah itu dan hanya si anak itu yang tahu di mana dia taruh pijakan pemicu alarm. Bapaknya pun tidak tahu,” cerita Oki.

Berkeliling di museum ini memang tak cukup hanya satu hari. Apalagi jika Anda dipanduk oleh petugas museum. Oleh karena itu, pihak museum juga menyediakan aneka program menarik. Dengan maksimal 10 orang, peserta bisa bebas menyentuh alat peraga yang disediakan.

“Ada lima paket yang kami sediakan sesuai temanya, mulai dari masyarakat prasejarah, Hindu Buddha, Islam, tentang tenun, dan tentang Radin Inten II. Inilah uniknya museum kami, satu-satunya museum yang koleksinya bisa disentuh. The museum that you can touch anything,” ungkap Oki berpromosi.

Memang, tak semua yang bisa disentuh, hanya alat-alat peraga tertentu saja. Tak heran, semboyan yang dilontarkan pun “anything” bukan “everything”. Oki menuturkan beberapa koleksi bisa disentuh karena proses konservasi tidak menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia.

Museum Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai” bisa jadi salah satu museum provinsi terbaik di Indonesia. Museum yang baru saja mengalami proses revitalisasi tersebut, mendapatkan wajah baru di bulan Juli kemarin.

Museum ini hadir dengan tampilan yang lebih rapi dan nyaman. Tata cahaya setiap koleksi yang dramatis dan koleksi dibagi seturut masa maupun sesuai budaya, hingga mudah dipahami pengunjung. Belum lagi ada efek suara di salah satu ruangan.

Di bagian depan, peta menunjukkan pembagian ruangan. Jangan lupa berbelanja suvenir di area masuk. Layar televisi tak sekadar pajangan, namun menampilkan dokumentasi tentang isi museum maupun tentang Lampung itu sendiri.

Semuanya tampil apik dan menawan. Jangan kaget dengan harga tiket masuknya, hanya Rp 4.000 untuk dewasa dan Rp 500 untuk anak-anak. Museum ini hanya buka hingga pukul 14.00 dari pukul 08.00. Khusus di hari Jumat, buka dari pukul 08.00 hingga 10.30.

Sementara untuk jasa paket pembelajaran museum hanya Rp 2.500 per orang untuk tiga jam pelajaran. Jika Anda penggemar sejarah maupun budaya, museum ini wajib dikunjungi. Pesonanya akan “memelet” Anda layaknya mantra bujang-gadis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com