Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Monaco, Si Kecil yang Kaya Raya! - 1

Kompas.com - 11/11/2013, 15:18 WIB
KOMPAS.com - Monaco, identik dengan kerajaan, di mana bintang Hollywood nan menawan Grace Kelly dipinang Pangeran Rainer III, dibawa ke negaranya menjadi permaisurinya, layaknya sebuah film. Dan bagaikan dalam sebuah cerita, sang putri tewas dengan mengenaskan membawa duka bagi rakyatnya, menjadi legenda bagi negara itu sendiri, Monaco.

Sebenarnya Monaco tidak terlalu jauh dari tempat saya tinggal, sekitar 4 jam sudah sampai. Namun entah kenapa, suami saya Si Akang ini emoh sekali tiap diajak mengunjungi Monaco. Dia pernah ke Monaco, dan katanya Monaco itu kecil banget. "Nggak ada yang dilihat kecuali kehidupan serba mewahnya," katanya.

Bisa dimengerti, suami saya ini, lebih nyaman berada dalam sebuah tempat penuh dengan keindahan alam, dikelilingi oleh kesenian dan kehidupan manusianya yang lebih tradisional.

Tapi, rasanya sayang benar, kalau saya yang saat itu sedang berbulan madu (untuk yang kesekian kalinya dengan suami he-he...) tidak menyapa Monaco yang hanya 20 menit dari tempat kami berlibur di Nice, Côte d’Azur.

Jadilah akhirnya, kami berdua mengunjungi Monaco setelah diskusi panjang. Saya sendiri lebih ke arah penasaran, kenapa? Karena setiap minggu saya berlangganan majalah wanita, selalu saja isinya sampai sampul depannya itu berbicara mengenai keluarga kerajaan Monaco.

Belum lagi, pesta-pesta jet set-nya. Ditambah lagi Rally Monte Carlo yang terkenal. Di film James Bond biasanya terselip adegan di mana si agen ganteng 007 sedang melakukan penyelidikan di sebuah kasino terkemuka di Monte Carlo, Monaco.

DINI KUSMANA MASSABUAU Istana Monaco yang dulunya merupakan benteng pertahanan. terdapat patung dan peluru meriam.
Garis besarnya, kota yang katanya hanya seluas Cibubur itu (kata ibu saya yang pernah mendatanginya) kok bisa masyhur benar ya namanya, dan begitu terkenal sebagai negara kaya raya.

Kami berdua datang ke Monaco dengan mobil. Sengaja kami menuju Monaco tidak melewati jalan tol karena berdasarkan saran orang tua David, suami saya itu, sebaiknya lewat jalan nasional, di mana pemandangan yang tersajikan lebih indah, karena lautan lah yang akan mengiringi kami hingga menuju Monaco.

Memang benar, dari Nice, pemandangan lautan yang berwarna biru azur begitu memukau. Kami pun melewati kota kecil yang bernama Eze, kota yang cantik dengan turisnya dari mancanegara. Hingga membuat kami, akhirnya memutuskan untuk berhenti, dan mengunjunginya untuk beberapa jam, karena jatuh hati saat melewati kota itu.

Namun saat mobil kami memasuki kota Moncao kesan biasa-biasa saja yang saya rasakan. Jejeren apartemen layaknya kota-kota di Eropa yang menjadi pemandangan perjumpaan kami. Semakin mendekati kota, semakin banyak dilewati mobil mewah. Pertama, kami sedikit berdecak, karena mobil Rolls Royce rasanya belum pernah saya jumpai di Montpellier, kota saya tinggal.

Tapi semakin memasuki Monaco, mobil Porsche, Bentley, Ferarri, Rolls Royce dan masih banyak jenis mobil lux lainnya parkir di mana-mana atau melaju layaknya jumlah mobil merk Perancis di kota saya tinggal.

DINI KUSMANA MASSABUAU Istana Monaco, tempat keluarga Grimaldi Monaco tinggal.
Setelah menemukan tempat parkir yang lumayan mahal per jamnya, kami mencoba menikmati isi dari kota Monaco. Kami pun berdua berjalan perlahan. Arah yang pertama kami coba lalui adalah taman. Memang kabarnya, kecil-kecil begini, kota Monaco penduduk dan pemerintahannya, sangat mencintai taman.

Beberapa taman bisa dikunjungi secara gratis yaitu Jardin Saint Martin, Le Jardin Japonais, Le Parc Princesse Antoinette dan Le Parc paysages de Fontvieille et la Roseraie Princesse Grace. Sayangnya yang terakhir ini, sedang direnovasi hingga juni 2014 sehingga tak memungkinkan kami untuk mengunjungi taman mawar yang diperuntukan untuk Putri Grace.

Saat kami mendatangi Monaco, kami memang beruntung. Pasalnya,  di awal bulan November, matahari bersinar dengan hangat, bahkan orang-orang terpaksa melepaskan jaket mereka karena kepanasan, suhu saat itu mencapai hingga 26 derajat.

Lumayan unik taman yang kami datangi, jangan menyamakan dengan taman perancis, yang amat sangat unik bagi kastil-kastilnya. Beberapa taman yang saya datangi di negara monarki ini, lebih mengarah kepada jalan-jalan santai sambil melihat kolam ikan, patung, air mancur, lalu taman jepang (Le Jardin Japonais) yang saya datangi juga unik benar, karena tiba-tiba saja saya serasa sedang berada di Jepang dan bukan lagi di Monaco.

DINI KUSMANA MASSABUAU Taman Jepang di Monaco.
Tapi yang membuat saya tertarik adalah, dari sisi taman les Jardin Saint Martin, taman yang berada di atas, memungkinkan kita melihat sisi Monaco yang berada di Côte d’Azur menjorok dipertemukan oleh lautan biru azur, dengan kapal-kapal pesiar. Sementara, kota yang hanya seluas 2.02 kilometer persegi dengan penduduk yang lumayan padat sekitar 37 ribu bagaikan disanggah oleh batu karang raksasa.

Negara yang sejak 6 April 2005 dipimpin oleh Pangeran Albert II de Monaco anak dari Pangeran Rainer dan Grace Kelly di mana tahun 2013 memiliki kekayaan 1 miliar euros ini, berada di Côte d’Azur, diapit oleh empat kota Perancis, namun merupakan negara dengan pemerintahan sendiri.

Saking kecilnya, tidak heran kalau Monaco menjadi negara terkecil kedua di dunia. Monaco yang terkenal tempat para jutawan menyimpang uang mereka di sini karena rendahnya pajak, tak bisa memiliki bandar udara (airport) karena luas negaranya yang tak memungkinkan untuk membangun bandara. Wisatawan yang ingin ke Monaco dengan pesawat harus mendarat di Nice, Perancis.

DINI KUSMANA MASSABUAU Monte Carlo Monaco.
Setelah menenangkan hati Si Akang dengan mengunjungi taman-taman, kami mulai menyusuri kota yang menggunakan bahasa Perancis sebagai bahasa nasionalnya.

Dalam kota, rupanya dipadati rombongan turis dari mancanegera ditemani pemandunya. Kereta kecil pengangkut turis berwarna merah melaju dengan para penumpang yang sibuk mengambil gambar dengan kamera mereka.

Heran saya, negara sekecil ini kok banjir wisatawan. Dan yang membuat terkejut saat satu rombongan melewati kami, kuping saya serasa tersengat, karena bahasa pengantar yang digunakan, bahasa Indonesia. Spontan saya teriak ke suami saya, "Ada Rombongan Indonesia...! Rombongan Indonesia...!" (DINI KUSMANA MASSABUAU)

Bersambung...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com