Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampung Adat Cikondang, Merawat yang Tersisa

Kompas.com - 22/11/2013, 16:55 WIB

Tidak jauh dari bale-bale terdapat lumbung padi. Sementara kamar mandi terletak sekitar 2 meter dari Bumi Adat.

Pengelolaan Bumi Adat dilakukan kuncen yang sekaligus menjadi tetua adat kampung. Dana pengelolaan diperoleh dari hasil sawah yang digarap para perawat Bumi Adat. Luasnya 200 tumbak. Satu tumbak setara dengan 14 meter persegi.

Saat ini di Kampung Cikondang banyak dibangun rumah besar dengan dinding dari bata dan semen. Hanya beberapa rumah yang masih menggunakan bambu. Sebagian lain kombinasi bata dan bambu.

Sebagai peninggalan leluhur, Bumi Adat menjadi pusat kegiatan warga Kampung Cikondang. Di sini, seluruh kearifan hidup yang diturunkan leluhur Kampung Cikondang dihidupkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kuncen Bumi Adat, Anom Juhana (67), mengatakan, setelah kebakaran besar yang melenyapkan puluhan rumah adat Kampung Cikondang, rumah adat tidak dibangun ulang. Rumah baru dibangun secara lebih modern. ”Ini sesuai pesan leluhur,” kata Juhana.

Namun, ada aturan yang harus dipatuhi. Seluruh bangunan rumah di Kampung Cikondang harus dibangun menghadap ke utara.

”Kalau Bumi Adat tidak boleh diubah. Istilahnya panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung. Tata cara adat, ukuran, dan bentuk rumah tidak boleh diubah,” katanya.

Bukan berarti Bumi Adat tidak boleh direvitalisasi. Tahun 2010, rumah itu direvitalisasi oleh Pemerintah Kabupaten Bandung dengan dana Rp 170 juta.

”Yang diganti adalah dinding dan atap, serta bambu-bambu yang dibelah sebagai ganti genteng,” kata Juhana. Bagian dinding rumah yang berusia 300 tahun tetapi dalam kondisi baik dipertahankan.

Perawatan rutin dilakukan lima juru rawat Bumi Adat. Salah satunya, Ajo (56), mengatakan, perawatan dilakukan setiap hari secara bergantian.

”Debu-debu dibersihkan, lantai disapu dan dipel. Kami mengurus seluruh lingkungan Bumi Adat dan menggarap sawah,” kata Ajo.

Nilai kearifan

Juhana mengatakan, tugasnya menjaga kelangsungan Bumi Adat agar tidak hilang, termasuk menjaga nilai-nilai kearifan yang diwariskan leluhur.

Nilai-nilai yang utama adalah tentang sopan santun. Nilai ini, antara lain, diimplementasikan dengan larangan berbicara keras, buang air sembarangan, hormat dan patuh kepada orang tua dan sesama.

Warga sangat menjunjung tinggi gotong royong. Hal ini dapat dilihat saat Bumi Adat menerima tamu atau melaksanakan ritual seperti syukuran seleh tahun mapag tahun atau menyambut 15 Muharam.

”Warga tanpa diundang sukarela membantu. Untuk menyambut 15 Muharam nanti, para ibu memasak nasi kuning dan tumpeng untuk dibagikan ke warga,” kata Juhana.

Ritual tersebut juga melibatkan warga di luar Kampung Cikondang. Mereka biasa mengirim berbagai jenis makanan dan bahan baku makanan saat ritual 15 Muharam digelar.

Namun, Juhana menyatakan, sebagaimana pesan leluhur, upaya duplikasi Bumi Adat dan upaya mengembalikan Kampung Cikondang seperti ratusan tahun lalu tidak akan dilakukan. Dia yakin, meski dari sisi fisik bangunan hanya tersisa Bumi Adat, nilai-nilai kearifan yang diwariskan leluhur Cikondang akan terus dijaga.

Peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung, Yuzar Purnama, dalam penelitian berjudul Kepercayaan (Religi) Masyarakat Adat Kampung Cikondang Kabupaten Bandung yang dipublikasikan di situs BPNB Bandung menyatakan, pelestarian dan pengembangan kepercayaan di Kampung Cikondang perlu terus dipelihara. Hal itu karena upaya tersebut berdampak positif. (Dwi As Setianingsih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com