Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Roti Ajaib dan Keprihatinan untuk Raja Ampat

Kompas.com - 20/12/2013, 17:36 WIB

Maksudnya, kata Makmun, turis Indonesia yang datang ke Taiwan yang dibawa biro perjalanan itu bisa menyadap dan meniru paket unik yang dilihat dan mungkin bisa dikembangkan di Indonesia. ”Apalagi, saat ini menggejala turis Indonesia makin banyak yang datang ke Taiwan,” paparnya.

Banyaknya turis Indonesia yang datang dibenarkan Salim, pemandu berpengalaman asal Indonesia. Bahkan, meski tanpa angka, Salim mengatakan, pada tahun 2011 turis Indonesia secara persentase besar nomor satu dibandingkan turis dari negara lain. ”Namun, secara angka, Indonesia tetap berada di bawah China, Jepang, dan Korea. Yang pasti, dalam musim libur, sebulan saya bisa memandu 10 rombongan wisatawan dari Indonesia. Belum pemandu yang lain,” katanya.

Berbicara tentang wisatawan, tak pelak memancing diskusi kecil di kalangan biro perjalanan Indonesia yang ikut rombongan Eva Air ini. Direktur Mutiara Indah Tour and Travel Service Elsa Salim mengatakan, kalau kita belum mampu membuat kemasan paket wisata khusus, lebih baik menggarap obyek alam. ”Alam Indonesia lebih indah dibandingkan negara lain, hanya belum tergarap secara profesional. Kalau tergarap, kita luar biasa,” katanya.

Hal itu dibenarkan Presiden Direktur Elok Tour Jono Suharso. ”Di samping penataan obyek wisata baru, citra keamanan harus dibangun terus oleh Indonesia. Banyak orang mengatakan, Raja Ampat, Papua, luar biasa indahnya. Sebagai biro perjalanan, ingin membawa orang asing atau turis domestik masuk Raja Ampat. Namun, di samping mahal harganya, segi keamanan juga masih butuh jaminan. Terus terang, kami masih meragukannya,” ujarnya.

Anjar Bawana, Branch Magager Dwidaya Tour Bali, menuturkan, bukan hanya mahal, ketentuan harga pun cenderung mengacu nilai uang Eropa atau mungkin dollar AS. Ini terjadi karena kuasa penentu harga wisata di Raja Ampat lebih dipengaruhi banyaknya orang Eropa yang memiliki usaha wisata di sana. ”Saya pernah mendengar ada tarif sekitar 8.000 Euro untuk seorang wisatawan asing yang datang ke Raja Ampat. Sayangnya, yang menentukan kebijakan harga itu bukan kita, tetapi orang asing,” ujarnya.

Meski demikian, Anjar mengatakan, banyak warga setempat yang mendapatkan berkah dari harga mahal ke Raja Ampat. ”Beberapa teman saya yang berasal dari wilayah Papua yang semula kerja di biro travel pulang ke sana untuk ikut menikmati penghasilan dari Raja Ampat ini,” kisahnya. (Thomas Pudjo Widijanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com