Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Roti Ajaib dan Keprihatinan untuk Raja Ampat

Kompas.com - 20/12/2013, 17:36 WIB
APABILA melakukan tur keliling Kota Taipe, Taiwan, oleh pemandu pasti akan diajak ke sebuah perusahaan roti bernama Vigor Kobo. Perusahaan roti (”cake”) berbagai macam dengan bahan utama buah nanas ini sering disebut roti ajaib.

Bukan hanya perkembangan usaha roti ini yang dalam waktu singkat menjadi terkenal di kawasan Asia dengan banyaknya toko yang didirikan di Taipe, melainkan perusahaan ini juga bisa menjadi daya tarik wisata dari berbagai bangsa, terutama China dan Jepang serta negara lain di Asia.

Di perusahaan roti ini menawarkan wisata fun yang sangat memberi kesegaran jiwa. Ujudnya, wisatawan yang hadir (biasanya rombongan) dilatih singkat membuat roti dengan adonan yang sudah disediakan. Pengunjung dalam bimbingan seorang koki tinggal mencampur variasi adonan itu dan meletakkan di atas cetakan. Pencampuran adonan ini yang menentukan enak atau tidaknya roti buatan wisatawan.

Uji rasa itu makin menyenangkan saat koki meminta kepada wisatawan untuk memberi nomor dari masing-masing wisatawan pembuat roti untuk memberi nomor di alat cetak sebagai tanda siapa pembuatnya. Setelah dimasak oleh koki, roti buatan masing-masing wisatawan dikemas dalam kotak bergambar yang sangat rapi, dan kemudian dibagi-bagikan sesuai nomor kotak cetakan yang menunjuk itulah karya mereka. Mereka lantas saling bertukar rasa, roti siapa yang paling enak.

Kemasan wisata perusahaan roti ini dirintis pada tahun 1995. Sebelum berdemo membuat roti, pengunjung diajak masuk ke lorong dengan tangga berjalan yang sengaja dibuat gelap. Jika dicermati, lorong ini berbentuk buah nanas. Di samping selalu berbau aroma khas roti nanas, di dinding lorong ini wisatawan bisa menyaksikan gambar berjalan tentang keunggulan wisata Taiwan.

Selanjutnya, pengunjung dibawa ke tangga yang berjalan datar dan gelap. Dalam perjalanan ini, wisatawan diajak ke alam pertanian nanas di Taiwan. Lewat gambar dan video yang terefleksi di dinding, wisatawan bisa melihat bagaimana petani mengolah pohon nanas, berapa luas tanaman nanas, dan tentang kualitas buah nanas. Seolah-olah suasana ini membawa wisatawan dalam pemikiran bahwa sebuah produk makanan memiliki lingkaran ekologi dan sosial.

”Semua bahan roti itu dibuat dari tanaman organik yang menyehatkan,” kata Salim, pemandu wisata, warga negara Indonesia yang sudah 20 tahun tinggal di Taiwan.

KUD

Paket kuliner tampaknya sedang dibangun Taiwan untuk menghidupkan dunia pariwisata. Bukan hanya perusahaan roti itu. Jauh dari kota Taipe (ibu kota Taiwan), di wilayah Yilan, ada kumpulan petani yang tergabung dalam usaha bernama Loton. Kalau di Indonesia barangkali bisa dibilang koperasi unit desa (KUD). Bedanya, kumpulan petani Yilan (yang merupakan wilayah pertanian dengan semuanya menganut pola organik) menangani produk petani dari hulu sampai hilir.

Petani tidak hanya dibimbing untuk mengelola lahan, tetapi juga dibimbing bagaimana membuat hasil pertanian yang berkualitas. Ini dipadu dengan produk peternakan, terutama bebek, yang memanfaatkan limbah pertanian. Kemudian hasil pertanian mereka, yang terdiri dari kedelai hitam, kacang tanah, dan jeruk, dibuat berbagai macam produk makanan yang dijajakan di sebuah showroom besar.

Misalnya, pembuatan susu kedelai, Loton bisa membuat produk enam rasa yang semuanya hasil olahan bahan organik. Di Taiwan, usaha Loton bisa menjadi wisata pertanian dalam penanganan yang serius oleh kumpulan masyarakat petani.

Di samping kuliner, Taiwan juga menyediakan wisata kesehatan. Taiwan merintis wisata check-up sambil wisata. Check-up membutuhkan waktu minimal tiga hari sampai pasien memperoleh hasilnya. Untuk menunggu hasil ini, pasien bisa melakukan perjalanan mengitari wilayah Taiwan. Secara khusus, Taiwan punya semacam biro perjalanan yang menangani Taiwan Medical Travel yang bernama TAITRA.

Di Taiwan ada sekitar 10 rumah sakit yang memiliki keunggulan masing-masing dalam penanganan penyakit. Seperti di Rumah sakit Universitas Taipe, ada tiga keunggulan yang dimiliki, yaitu bidang medical check-up, pelangsingan tubuh, dan penyembuhan penyakit kanker. Saat mengunjungi rumah sakit ini, Dr Shin-Chen, supervisor spesialis penyakit kanker, menyatakan, rumah sakit ini memiliki peralatan bernama Toko Therapy yang bisa memonitor keberadaan kanker di seluruh tubuh tanpa harus memeriksa bagian per bagian. ”Meskipun peralatan ini cukup canggih, skill dokter pengguna sangat menentukan proses penyembuhan kanker,” katanya.

Keprihatinan

Perusahaan penerbangan Taiwan, Eva Air, sengaja membawa rombongan biro perjalanan dan dua wartawan Indonesia, termasuk Kompas, untuk melihat paket wisata baru yang dimiliki Taiwan. ”Memang biro perjalanan itu sudah lebih tahu tentang Taiwan, tetapi paket unik dan sederhana barangkali, paket baru dan unik, layak dilihat wisatawan asal Indonesia,” kata Makmun Hamsa, General Manager Eva Air di Indonesia.

Maksudnya, kata Makmun, turis Indonesia yang datang ke Taiwan yang dibawa biro perjalanan itu bisa menyadap dan meniru paket unik yang dilihat dan mungkin bisa dikembangkan di Indonesia. ”Apalagi, saat ini menggejala turis Indonesia makin banyak yang datang ke Taiwan,” paparnya.

Banyaknya turis Indonesia yang datang dibenarkan Salim, pemandu berpengalaman asal Indonesia. Bahkan, meski tanpa angka, Salim mengatakan, pada tahun 2011 turis Indonesia secara persentase besar nomor satu dibandingkan turis dari negara lain. ”Namun, secara angka, Indonesia tetap berada di bawah China, Jepang, dan Korea. Yang pasti, dalam musim libur, sebulan saya bisa memandu 10 rombongan wisatawan dari Indonesia. Belum pemandu yang lain,” katanya.

Berbicara tentang wisatawan, tak pelak memancing diskusi kecil di kalangan biro perjalanan Indonesia yang ikut rombongan Eva Air ini. Direktur Mutiara Indah Tour and Travel Service Elsa Salim mengatakan, kalau kita belum mampu membuat kemasan paket wisata khusus, lebih baik menggarap obyek alam. ”Alam Indonesia lebih indah dibandingkan negara lain, hanya belum tergarap secara profesional. Kalau tergarap, kita luar biasa,” katanya.

Hal itu dibenarkan Presiden Direktur Elok Tour Jono Suharso. ”Di samping penataan obyek wisata baru, citra keamanan harus dibangun terus oleh Indonesia. Banyak orang mengatakan, Raja Ampat, Papua, luar biasa indahnya. Sebagai biro perjalanan, ingin membawa orang asing atau turis domestik masuk Raja Ampat. Namun, di samping mahal harganya, segi keamanan juga masih butuh jaminan. Terus terang, kami masih meragukannya,” ujarnya.

Anjar Bawana, Branch Magager Dwidaya Tour Bali, menuturkan, bukan hanya mahal, ketentuan harga pun cenderung mengacu nilai uang Eropa atau mungkin dollar AS. Ini terjadi karena kuasa penentu harga wisata di Raja Ampat lebih dipengaruhi banyaknya orang Eropa yang memiliki usaha wisata di sana. ”Saya pernah mendengar ada tarif sekitar 8.000 Euro untuk seorang wisatawan asing yang datang ke Raja Ampat. Sayangnya, yang menentukan kebijakan harga itu bukan kita, tetapi orang asing,” ujarnya.

Meski demikian, Anjar mengatakan, banyak warga setempat yang mendapatkan berkah dari harga mahal ke Raja Ampat. ”Beberapa teman saya yang berasal dari wilayah Papua yang semula kerja di biro travel pulang ke sana untuk ikut menikmati penghasilan dari Raja Ampat ini,” kisahnya. (Thomas Pudjo Widijanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com