Secara umum, perajin keramik Plered membuat tiga jenis produk yang harganya bervariasi, mulai ribuan rupiah hingga ratusan ribu rupiah. Pertama, keramik fungsi, mulai dari cangkir teh, piring, dan alasnya hingga pot bunga/tanaman. Kedua, keramik tradisional yang banyak ragamnya, seperti gerabah berbagai ukuran dan celengan. Ketiga, keramik hias yang juga bermacam-macam, seperti vas, kap lampu, dan aneka suvenir.
Namun, kapasitas produksi keramik Plered masih jauh dari permintaan pasar. Permintaan lokal dengan desain dan karakter warna yang cukup baik dan diterima di pasaran belum bisa memadai. Ini terutama karena rendahnya pemahaman perajin terhadap metodologi dan teknologi pembuatan keramik yang benar. Akibatnya, produksi mereka kurang standar, baik mutu, bentuk, maupun ukurannya.
Rendahnya kapasitas produksi juga disebabkan oleh kurangnya peralatan produksi yang baik dan standar. Ini terutama dalam proses desain dan pembentukan sehingga pekerjaan tidak bisa dilakukan maksimal. Pengetahuan terhadap kualitas bahan baku kurang optimal dan belum lama ada unit/lembaga penyedia bahan baku siap pakai yang standar.
Pengembangan desain yang berorientasi pasar masih lemah karena kurangnya pengetahuan dan terbatasnya informasi pasar. Ini terkait dengan tingkat pengetahuan masyarakat perajin masih rendah karena rendahnya tingkat pendidikan yang umumnya hanya sampai sekolah dasar.
”Saat usaha keramik sedang jaya, kesadaran untuk menyekolahkan anak ke jenjang yang tinggi masih rendah,” ungkap Sulaeman, yang dibenarkan Kepala Unit Pelaksana Dinas Teknis Penelitian dan Pengembangan Keramik Agus Kusnadi. Akibat semua itu, ujar Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan Kecamatan Plered Aris Syarifudin, regenerasi perajin sangat lambat. Makin lama perajin kian kesulitan tenaga ahli karena umumnya generasi muda lebih tertarik bekerja di pabrik modern.
”Dua puluh tahun lalu, saya masih memiliki 15-30 tenaga kerja, kini tinggal dua orang. Keduanya bekerja mulai menghaluskan tanah hingga membakar keramik,” kata Suparna.
Selama ini, tingkat keterampilan perajin masih dasar, yang diperoleh secara turun-temurun (relatif kurang kreatif). Diversifikasi produk tidak begitu berkembang (stereotip) sehingga pesanan ekspor keramik cenderung hanya berdasarkan permintaan dengan desain yang sudah ditentukan. Keuntungan yang diperoleh perajin pun rendah. (Dedi Muhtadi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.