Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melestarikan Orangutan di Kapuas Hulu melalui Ekowisata

Kompas.com - 18/10/2014, 19:50 WIB
Kontributor Singkawang, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis

Ekowisata

Kelompok Pengelola Pariwisata “Kaban Mayas” merupakan salah satu kelompok yang aktif dalam mengelola ekowisata di Kapuas Hulu yang berdiri sejak tahun 2010. Nama “Kaban Mayas” merupakan bahasa lokal, Kaban artinya kawan atau sahabat, sedangkan Mayas artinya orangutan. Secara harafiah, kelompok tersebut merupakan salah satu ujung tombak dalam menjaga kelestarian ekosistem dan habitat orangutan yang ada di kampung mereka. “Saya menjual orangutan, sungai, danau, dan hutan yang ada di kampung saya ini ke bule-bule,” ujar Sodik beberapa waktu lalu.

Sambil tersenyum, kalimat itu mengalir begitu saja dari mulut Sodik dalam perbincangan siang itu. Jawaban itu terlontar menjawab pertanyaan tentang aktivitasnya sehari-hari. Sodik merupakan ketua Kelompok Pengelola Pariwisata (KPP) “Kaban Mayas” di Meliau yang fokus dalam mengelola ekowisata di kampungnya. Bukan tanpa alasan, orangutan, sungai, danau, dan hutan yang berada di sekitar kampung menjadi menu utama dalam paket perjalanan ekowisata yang ditawarkan dan diminati hingga mancanegara. “Dalam bulan ini hampir tidak putus, silih berganti para tamu datang, baik bule maupun tamu lokal. Hampir tidak ada jeda, tapi harus tetap dilayani,” kata Sodik.

Tujuan tamu yang datang pun tak selalu sama. Ada yang datang sekadar untuk menyalurkan hobi memancing di danau dan sungai. Ada yang datang hanya ingin menikmati suasana tinggal di rumah betang. Dan yang tak kalah seru, banyak yang datang mencoba peruntungan dengan trekking ke bukit untuk bertemu dan melihat orangutan liar di habitat aslinya. Khusus wisata untuk bertemu orangutan, para pemandu mendapat dampingan khusus dari WWF-Indonesia. Sebulan sekali, 2-3 orang warga dilibatkan dalam survei monitoring peluruhan sarang orangutan yang dilakukan oleh staf WWF di Stasiun Riset Satwa.

Albertus Tjiu, Manajer Program Kalimantan Barat WWF-Indonesia mengungkapkan, tujuan dari monitoring yang dilakukan salah satunya adalah melihat peluruhan sarang orangutan. Dari peluruhan sarang, dengan menggunakan rumus perhitungan nantinya akan diketahui populasi orangutan yang berada di beberapa jalur monitoring yang dijadikan jalur trekking.

“Ada dua fungsi utama ketika pertama kali berdiskusi dengan masyarakat Dusun Meliau ketika bersepakat memilih dan membangun Stasiun Riset Orangutan ini di Desa Melemba. Kami menyebutnya sebagai Stasiun Pengamatan Satwa Liar Peninjau," kata Albertus, Jumat (10/10/2014).

Albertus memaparkan, Meliau merupakan salah satu pilot project program ecotourism di Kapuas Hulu. Selain itu dua tempat lainnya yang masuk dalam program adalah adalah Sadap dan Sungulok Apalin. “Stasiun ini bisa dimanfaatkan untuk pengembangan ecotourism di mana salah satu paket unggulan di Meliau adalah pengamatan orangutan dan turis bisa ikut terlibat dalam monitoring orangutan bersama tim monitoring yang dipimpin oleh masyarakat lokal di Meliau dan Sungai Pelaik. Selain itu, melalui stasiun ini kita ingin terus mendorong agar perhatian pemerintah terhadap Meliau tetap terjaga melalui pembangunan fisik. Tahun 2015 Disbudpar kembali menganggarkan pembangunan jembatan dimulai dari Danau Kasim menuju ke Stasiun ini, melengkapi bangunan stasiun yang telah diinisiasi oleh WWF,” katanya.

Dalam penentuan tapak stasiun ini pun tidaklah mudah. Proses melalui diskusi panjang dengan masyarakat Meliau telah merumuskan blue print ‘zona’ di Bukit Peninjau. Tujuan perumusan ini adalah untuk mengakomodir kebutuhan livelihood masyarakat. Bukit Peninjau di masa lalu adalah salah satu lokasi kebun utama mereka. Masih terdapat sisa-sisa kebun lada (sahang), karet, buah-buahan dan tanaman budidaya lainnya. “Idealnya konservasi mencoba mengakomodir sumber penghidupan masyarakat lokal. Inilah ide mengenai pilihan Bukit Peninjau sebagai lokasi stasiun riset dan bagaimana masyarakat berperan di dalamnya,” ujar Albertus.

Selain itu, fungsi utama lainnya adalah terkait dengan penelitian. Di bagian awal diskusi, Bukit Peninjau dinamakan sebagai Stasiun Riset Orangutan, namun kemudian menyesuaikannya menjadi Stasiun Pengamatan Satwa Liar dengan alasan ada banyak satwa lain yang masih bisa dijumpai di kawasan ini. Namun riset utama tetap orangutan dengan menerapkan penelitian jangka panjang di transek-transek pengamatan yang dilakukan oleh masyarakat lokal dengan training sebelumnya.

KOMPAS.com/Yohanes Kurnia Irawan Stasiun Pengamatan Satwa Liar yang dibangun WWF-Indonesia di Bukit Peninjau, Desa Melemba, Kecamatan Batang Lupar, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
Dasar pemilihan stasiun di Bukit Peninjau untuk riset orangutan adalah berdasarkan survei menyeluruh di koridor. Data survey WWF tahun 2009 menunjukkan di ketinggian 50–230 mdpl sebaran orangutan adalah 3,88 individu/km2 (hampir sekitar 4 individu/km2). Ini merupakan salah satu populasi yang terbaik di kawasan sekitar Taman Nasional Danau Sentarum.

“Jadi setiap bulan kita monitoring peluruhan sarang di setiap jalur, mulai dari sarang yang baru dibuat hingga yang sudah hancur untuk mengumpulkan datanya. Nah, dari data yang sudah dikumpulkan selama 2 tahun terakhir, misalnya di bulan Januari ternyata orangutannya berada di jalur satu, bulan berikutnya jalur dua dan seterusnya bisa diketahui orangutannya jalan kemana saja,” kata Albert.

Dari informasi tersebut, seyogianya menjadi sumber informasi bagi para pemandu wisata untuk membawa wisatawan. Selain peluruhan sarang, pengamatan buah juga dilakukan untuk mengetahui pergerakan orangutan dalam mencari makanan. "Jadi korelasinya pada musim buah, misalnya kenapa pada bulan Januari orangutan banyak di jalur satu, karena di situ musim buah apa yang menjadi salah satu pakan orangutan, begitu pula untuk bulan berikutnya," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com