Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menangkis "Teror" Titipan Oleh-oleh...

Kompas.com - 09/01/2015, 08:53 WIB

”Malah dengan orang yang enggak kenal yang titip barang, kita bisa lebih saling menghargai dan akhirnya menjadi teman,” kata Thomas.

Bahkan, hanya dari uang tip untuk setiap barang yang dititipkan kepadanya saat pulang ke Indonesia, Thomas bisa menyubsidi ongkos tiket pesawat cukup signifikan. ”Pernah suatu ketika dari uang tip itu saya hampir bisa menutup ongkos tiket pulang ke Indonesia,” katanya.

Hampir serupa dengan Thomas itu juga dialami Mohammad Safir Makki, yang gemar melancong ke sejumlah negara seorang diri dengan budget terbatas. Karena kerap dibebani aneka titipan dan oleh-oleh yang sering mengganggu jadwalnya selama perjalanan, Safir mengubahnya menjadi peluang yang menguntungkan.

Caranya, ketika berada di suatu negara, Safir mengunggah beberapa foto aneka suvenir khas negara tersebut di Facebook. ”Saya tawarkan barang-barang tertentu yang gampang dibawa berikut harganya yang tentu sudah saya lebihkan sebagai biaya bawa. Saya akan belikan barang tersebut ketika orang yang berminat sudah transfer uang,” kata Safir yang gemar melancong ke negeri-negeri non-turistik.

Dengan cara begitu, Safir mengontrol jenis barang titipan yang akan dibawanya dan tidak perlu keluar uang dari kocek sendiri. Peminat pun diberi waktu terbatas untuk mentransfer uang sehingga manajemen waktu selama perjalanan tetap terkendali. Suvenir yang ditawarkan Safir misalnya hiasan magnet, topi, syal kecil, kantong koin, dan barang yang tidak menyita tempat.

”Dengan cara begitu, hobi jalan-jalan saya malah jadi bisa tersubsidi. Sekitar 30 persen dari budget jalan-jalan bisa ditutup dari hasil berjualan suvenir yang biasa dititip orang,” kata Safir.

Meskipun sebagian orang kini sudah bisa lebih lugas menolak dititipi saat melancong, tetap ada pengecualian bagi orang-orang terdekat. Thomas dan Safir, misalnya, hanya akan membawa oleh-oleh atau titipan untuk keluarga terdekat atau teman yang memang betul-betul dekat yang justru tidak gemar menagih.

Amatul malah memilih lebih melayani permintaan teman yang tinggal di luar negeri untuk dibawakan sesuatu dari Indonesia ketika dirinya kebetulan datang ke negara tersebut. Unsur kerinduan pada Indonesia bagi Amatul lebih bernilai untuk dilayani.

Sementara bagi Dian, yang tidak membiasakan diri untuk titip, doa bagi pelancong adalah yang terbaik. ”Satu-satunya titipanku untuk saudara atau temanku yang datang dari luar kota atau luar negeri adalah doa agar mereka selamat dan bahagia selalu dalam perjalanan,” katanya.

Selamat dan berkumpul kembali dengan orang-orang terkasih tentulah jauh lebih bernilai ketimbang urusan titipan atau oleh-oleh.... (SARIE FEBRIANE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com