Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Destinasi Wisata di Thailand yang Wajib Dikunjungi

Kompas.com - 22/01/2015, 09:43 WIB

Yang unik, wayang Thailand punya beberapa perbedaan dengan wayang yang ada di Indonesia. Kalau wayang Indonesia dimainkan oleh satu dalang dan banyak pengiring, baik pemain gamelan maupun sindennya. Sedangkan wayang Thailand punya bentuk yang besar, mungkin kulit satu kerbau yang dipakai untuk membuat satu buah wayang.

Selain itu dalang yang memainkan wayang juga dilakukan oleh banyak orang. Ibaratnya seperti kita melihat pertunjukan tari dan wayang sekaligus. Selain itu waktu pertunjukannya juga tergolong cepat sekitar 1 sampai dengan 2 jam. Ini berbeda dengan pertunjukan wayang di Jawa, di mana dalang bisa semalam suntuk bermain wayang.

Sepertinya wayang Thailand diperuntukan untuk kebutuhan pariwisata, dan berbeda dengan wayang yang ada di Indonesia yang sebagian besar ditontonkan untuk hiburan rakyat.

3. Sungai Mekong di Thailand

Sungai Mekong adalah sungai terpanjang ke-12 di dunia dan ke-7 di Asia, yang mengalir melewati 6 negara: Tiongkok, Burma, Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam. Di kawasan ini saya mengunjungi Sungai Mekong yang mengaliri sebagian besar kawasan di Thailand, Sungai Mekong salah satu sungai yang dimanfaatkan oleh masyarakat Thailand untuk kebutuhan mereka sehari-hari seperti transportasi, pemanfaatan perikanan, bahkan sebagai daerah wisata.

Saya berkesempatan menyusuri Sungai Mekong selama satu jam. Di sini saya banyak melihat masyarakat memanfaatkan dengan baik Sungai Mekong, dan saya juga banyak melihat hotel dan home stay yang dibangun di sisi Sungai Mekong. Ya merupakan wisata yang unik jika kita melihat langsung pemandangan sungai dan segala aktivitasnya. Salah satu aktifitas favorit saya ketika pagi hari, ada beberapa biksu yang melakukan ritual Tak Bat.

Sebagian besar penduduk Thailand adalah penganut aliran Buddha Theravada. Thailand mempunyai banyak biara dengan biksu yang mencapai ratusan yang melakukan ritual pengumpulan pindapatta yang menjadi tradisi aliran Buddha Theravada sejak berabad-abad yang lalu.

BARRY KUSUMA Biksu di Sungai Mekong, Thailand.
Biksu memakai jubah berwarna jingga berjalan tanpa alas kaki, dan ini merupakan pemandangan yang menarik. Berdasarkan kepercayaan Buddha Theravada, para biksu tidak diperbolehkan bertani dan memasak makanan untuk makanan mereka sendiri.

Cara mereka untuk menunjang kelangsungan hidup adalah mengumpulkan pindapatta dari umat berupa makanan atau uang. Mereka yang memberikan sumbangan diberikan doa sebagai berkah agar mereka hidup lebih sukses dan terkabul doanya. Difoto ini adalah seorang biksu yang menyusuri Sungai Mekong di Thailand.

Masyarakat yang ingin memberikan pindapatta menyebut kata "Nimon" yang berarti tolong berhenti, karena biksu tidak boleh meminta-minta dan hanya menerima ketika orang memberikan.

4. Pembuatan Keramik dan Vas Naga secara tradisional di Tao Hong Tai Ceramic Factory

Masih di daerah Ratchaburi disini ada pabrik keramik yang sangat unik dan katanya konon yang terbaik di Thailand. Sesaat saya masuk ke halaman pabrik ini banyak sekali terdapat keramik yang dibuat berbagai macam rupa secara kreatif. Pembuatannya memang semuanya manual dan tradisional, tetapi konsepnya sangat kreatif karena bentuk keramiknya tidak hanya vas tetapi beraneka macam rupa. Di sini kita bisa memotret proses pembuatan keramik, motif naga yang masih dipertahankan sampai sekarang juga seru untuk diabadikan lewat kamera.

BARRY KUSUMA Pembuatan Keramik dan Vas Naga di Tao Hong Tai Ceramic Factory, Thailand.
Jika anda ingin memesan khusus di sini juga bisa. Uniknya lagi adalah galeri tempat mereka memperdagangkan keramik-keramik ini dilakukan di halaman luas. Para pembeli bisa berkeliling pabrik sambil melihat vas keramik yang dijual sekaligus membuat para perajin keramik ini bekerja.

5. Pasar Tradisional Jed Samian di Photharam District

Salah satu destinasi dan obyek wisata di Photharam adalah pasar tradisional Jed Samian. Pasar ini unik karena sudah ada sejak 117 tahun yang lalu yang dibentuk oleh komunitas masyakat disana agar bisa menjual barang dan hasil perkebunan mereka.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com