Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istana Kuning di Kota Beringin

Kompas.com - 24/01/2015, 13:16 WIB

Hati menyerap darah kotor dan mengeluarkan darah bersih. Air menyangga kehidupan tumbuhan yang menyerap udara kotor (karbondioksida) dan mengeluarkan udara bersih (oksigen). Motif itu mungkin ingin menunjukkan Kesultanan Kutaringin mengupayakan kehidupan indah, serasi, dan damai.

Di dalam salah satu lemari di ruang karaton lawang tersusun piring kecil, sedang, dan besar. Menurut Syairani, piring kecil untuk rakyat, piring sedang untuk bangsawan, dan piring besar untuk sultan. ”Jika semua makanan dalam piring besar itu habis dimakan oleh sultan, itu pertanda kerakusan,” katanya.

Untuk itu, dalam piring besar memang disajikan banyak makanan. Namun, sultan hanya mengambil yang diperlukan. Selebihnya dibagikan kepada rakyat. Makanan yang dibagikan itu bukan sisa, melainkan berkat dari sultan kepada rakyat. Pada prinsipnya, manusia makan dari piring kecil atau porsi cukup.

Di ruang itu juga ada kereta kencana, gong, dan alat musik kesultanan. Jangan lupa cermati benda-benda pusaka seperti tombak, panji, payung, dan bendera. Amati juga deretan lukisan Sultan I sampai Sultan XIV, foto Sultan XV, foto-foto lama Istana Kuning, foto-foto kerabat kesultanan, dan manekin berpakaian adat kesultanan.

Kota beringin

Pada abad ke-16, Pangeran Adipati Antakusuma, putra Sultan IV Kesultanan Banjar Mustain Nubillah (1650-1678), ingin memiliki kerajaan. Untuk itu, Pangeran harus berlayar ke barat dan menemui Kiai Gede, tokoh masyarakat yang konon disebut berasal dari Demak.

Pangeran pergi bersama 100 prajurit, keluarga, kerabat, dan sejumlah pusaka Kesultanan Banjar antara lain gong, tombak, dan trisula. Armada kapal-kapal kayu itu berlayar menyusuri sungai-sungai sampai ke Tanjung Pangkalan Batu di tepi Sungai Lamandau yang kini merupakan wilayah administrasi Kotawaringin Hilir, Kotawaringin Lama, dan Kotawaringin Barat.

Di tanjung itu berderet pohon beringin. Kawasan itu subur sebab dilintasi beberapa sungai. Di sana pula, Pangeran menemui Kiai Gede dan mulai membangun kerajaan baru dengan nama Kutaringin (kota beringin).

Di sana, Pangeran membangun keraton yang dinamai Astana Alnursari dan bertakhta sebagai Sultan I Kesultanan Kutaringin, 1673-1696. Karena masih berkerabat dengan Kesultanan Banjar, Kutaringin juga disebut kecabangan Banjar. Kiai Gede diangkat sebagai mangkubumi atau perdana menteri.

Kesultanan Kutaringin mencapai kejayaan di era Sultan VII Pangeran Ratu Bagawan yang berkuasa 1727-1761. Saat itu, sultan mampu membuat aturan yang menghapus tradisi suku asli Kalimantan menaruh jenazah berselimut tikar rotan di tepi jalan atau di bawah pohon ke tradisi penguburan. Selain itu, tradisi mengurbankan manusia dalam ritual suku asli juga berhasil dihapus dan digantikan dengan kurban binatang.

Obyek wisata

Selain istana, Kotawaringin Barat juga memiliki sejumlah lokasi wisata alam. Yang terkenal sampai mancanegara adalah Taman Nasional (TN) Tanjung Puting. Selain itu, Pantai Kubu di Kubu, Kumai.

Jika ingin masuk ke TN Tanjung Puting, hubungi Balai TN Tanjung Puting di Pangkalan Bun guna mendaftar dan membayar retribusi. Lokasi ini bisa dijangkau dengan menggunakan perahu kayu atau perahu cepat dari kawasan Pelabuhan Panglima Utar di Kumai, sekitar 30 kilometer dari Pangkalan Bun.

Jika ingin ke Pantai Kubu yang berpasir putih dan menghadap Laut Jawa, lokasi bisa dijangkau dengan mobil atau sepeda motor. Sayang, lokasi ini belum tersentuh angkutan umum reguler. Namun, di sini terdapat tempat penyewaan mobil atau sepeda motor pribadi. Tarif sewa mobil Rp 400.000-Rp 600.000 per hari, sedangkan tarif sewa sepeda motor Rp 100.000-Rp 200.000 per hari.

Berangkat dari Jakarta

Lalu bagaimana warga Jakarta dan sekitarnya menjangkau daerah ini? Jika lewat laut, cuma tersedia kapal dari Surabaya dan Semarang menuju Kumai. Jauh lebih simpel jika memakai pesawat dari Bandar Udara Soekarno-Hatta tujuan Bandar Udara Iskandar, Pangkalan Bun.

Jika lewat laut dari Semarang atau Surabaya tujuan Pelabuhan Panglima Utar di Kumai, waktu tempuh 18-24 jam. Jika memakai pesawat, waktu tempuh 65-75 menit. Bedanya, harga tiket kapal jauh lebih murah daripada harga tiket pesawat.

Setiba di Pangkalan Bun tersedia taksi atau sepeda motor sewaan menuju lokasi wisata di Kotawaringin Barat. Jika tiba di Kumai, tersedia sewa sepeda motor atau mobil. Yuuuk...!! (AMBROSIUS HARTO/MEGANDIKA WICAKSONO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com