Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tetek Pantan", Upacara Hormati Tamu

Kompas.com - 31/03/2015, 13:52 WIB

"Misalnya, jika tamu tidak berlatar militer, jangan dipaksakan melaksanakan pantan kayu. Hal itu akan merepotkan dan membahayakan tamu. Dulu pernah terjadi, sang tamu adalah perempuan dan disediakan pantan kayu. Kayu tidak terpotong dan mandau terlepas dari pegangannya," kata Sius.

Ketua Dewan Adat Dayak Kalteng Sabran Achmad mengemukakan, upacara adat potong pantan adalah upacara sakral suku Dayak dan merupakan bentuk penghormatan yang tinggi kepada tamu yang datang ke Kalteng. "Potong pantan bermakna sakral. Itu mengandung keamanan, perlindungan, dan keselamatan. Dengan mengetahui identitas dan tujuan tamu, masyarakat setempat bisa ikut menjaganya," kata Sabran.

Sosiolog dari Universitas Palangkaraya, Sidik R Usop, mengatakan, dewasa ini ada pesan moral dan etika yang sering tidak dipahami dan tidak tersampaikan dalam potong pantan.

Pesan keharmonisan

Potong pantan, lanjut Sidik, merupakan bagian dari filosofi batang garing atau pohon kehidupan bagi suku Dayak. Dalam konsep itu, ada keharmonisan antara manusia dan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam.

"Potong pantan itu bagian dari ritual untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan manusia. Hubungan itu dikaitkan juga dengan belom bahadat, yaitu tata krama bagaimana hubungan manusia dengan manusia diatur," ujarnya.

Dalam relasi antarmanusia, ada hakam pambelom atau kehidupan yang saling menghidupkan. Di mana pun pendatang atau seseorang berada, dia harus menghormati adat-istiadat setempat. "Dia harus memberi manfaat bagi lingkungan setempat, bukan justru merusak lingkungan dan tidak memberi kesempatan kepada masyarakat setempat untuk memanfaatkan hasilnya," katanya.

Sidik mengatakan, relasi yang saling menghidupkan itu disebut hakam belom dan orang yang datang tetapi justru merugikan masyarakat setempat dan juga melanggar adat-istiadat disebut orang yang belom diabahadat atau orang yang tidak beradat. "Misalnya jika akan membuka hutan untuk perkebunan, harus dilakukan ritual meminta izin kepada roh-roh penunggu di sana. Pesan moralnya tidak sekadar meminta izin pada roh, tetapi manusia tidak boleh semena-mena memperlakukan alam. Ada kehati-hatian dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam," ujarnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Tengah Yuel Tanggara mengatakan, upacara potong pantan dalam rangka menerima tamu merupakan kekayaan tradisi suku Dayak yang perlu terus dilestarikan. (Megandika Wicaksono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com