Kamera itu kemudian dikenal dengan nama Ur-Leica. Ur artinya model asli atau purwarupa. Dari kamera yang diciptakan Barnack (1879-1936) itulah, revolusi dunia fotografi dimulai.
Titik tempat Barnack berdiri itu sekarang ditandai dengan sebuah plat logam bundar bertuliskan ”First Leica Picture was Taken Here 1914 by Inventor and Visionary Oskar Barnack (Foto Pertama Leica Diambil di Sini pada 1914 oleh Penemu dan Seorang Visioner Oskar Barnack)”. Kamera modern pertama itu menggunakan film 35 milimeter.
Hasil jepretan bersejarah itu berupa gambar bangunan kuno khas Jerman. ”Dari saat difoto oleh Barnack lebih 100 tahun yang lalu, bangunan itu nyaris tak berubah sampai sekarang,” kata Christel Abel, warga Wetzlar, pertengahan Maret lalu.
Memang benar. Hampir tak ada perubahan. Di dinding bangunan di samping titik tempat Barnack menjepretkan kameranya ditempel gambar hasil foto Barnack. Siapa pun bisa meniru foto itu dari titik yang sama.
Prototipe kamera Barnack itu menandai lahirnya kamera kompak yang sesungguhnya. Kamera itu kemudian diproduksi secara massal pada 1925 dengan munculnya Leica A yang dikenalkan di pameran dagang Leipzig. Era kamera besar, berat, dan tak praktis telah berlalu, digantikan era kamera ringan dan praktis.
Kamera format kecil ini pun ikut merevolusi dunia jurnalisme foto. Kamera itu memungkinkan wartawan di seluruh dunia mengabadikan dan menceritakan berbagai kisah dan sejarah dengan karya foto mereka.
Leica dipakai banyak fotografer legendaris, termasuk Henri Cartier-Bresson asal Perancis, yang sering disebut ”bapak jurnalisme foto”.
Begitu banyak karya monumental dihasilkan dari kamera yang diproduksi Leica. Siapa yang tak kenal dengan foto wajah tokoh revolusioner Che Guevara? Gambar itu banyak direproduksi dan terpampang di kaus, poster, atau grafiti.
Foto legendaris itu diambil pada 6 Maret 1960 oleh Alberto Diaz Gutierrez atau juga dikenal sebagai Korda, dengan kamera Leica M2. Gambar itu telah menjadi simbol semangat revolusi di seluruh dunia.
Berawal dari mikroskop
Sejarah Leica berawal dari Ernst Leitz Optische Institut yang berdiri pada 1869 dan mengkhususkan diri pada pembuatan mikroskop.
Barnack meyakinkan ayah-anak pemilik perusahaan itu, Ernst Leitz I dan II, untuk mengadopsi dan memproduksi prototipe kamera yang dibuatnya. Nama Leica adalah singkatan dari Leitz Camera.
Leica identik dengan Wetzlar sehingga tak lengkap mengunjungi kota kecil yang dipenuhi bangunan tua itu tanpa mampir ke kantor pusat Leica. Di kantor, museum, sekaligus pabrik itu, pengunjung bisa menyaksikan bagaimana kamera dan lensa penghasil gambar-gambar legendaris itu dibuat.
Dinding kaca itu dilengkapi dengan layar sentuh transparan yang bisa memberikan informasi bagaimana sebuah kamera dibuat.
Saat Kompas berkunjung, pertengahan Maret lalu, tampak seorang pekerja perempuan yang sudah senior dengan teliti menyusun lensa demi lensa untuk membuat sistem lensa kamera yang utuh.
Mengagumkan bagaimana menyaksikan dari tangan itu terlahir keunggulan teknologi optik yang begitu mendunia.
Tak hanya menampilkan proses pembuatan, di tempat itu juga terpampang sejarah panjang kamera Leica. Di lobi dan lorong bangunan tersebut, pengunjung disuguhi perjalanan panjang Leica, mulai dari kelahiran kamera format kecil hingga kamera modern sekarang. Berbagai karya replika fotografi monumental yang dihasilkan dengan kamera itu juga turut dipamerkan.
Ada replika Ur-Leica buatan Barnack hingga kamera-kamera digital Leica terbaru. Semua terpajang rapi di rak-rak kaca. Turut dipajang pula produk lensa hingga lensa monokular maupun binokular produksi perusahaan itu.
Kantor pusat Leica juga melayani perbaikan kamera. Seorang teman dari Jakarta, yang kebetulan adalah penggemar berat Leica, mengeluhkan sensor kameranya kotor dan berjamur. Seorang petugas layanan perbaikan, Katja MacPherson, segera menemuinya. ”Akan saya cek dulu. Anda boleh menunggu sambil berkeliling melihat-lihat. Nanti sampai ujung sini, saya temui Anda,” katanya.
Setiba di tempat yang telah ditentukan, MacPherson tampak sudah menunggu.
Kabar buruk. ”Sensor kamera Anda rusak. Harus diganti. Butuh waktu enam pekan,” kata petugas perempuan ramah itu.
Kaget, teman itu langsung bertanya, ”Berapa biayanya?”
Kabar baik. Semua gratis, termasuk pengirimannya meski hanya sampai Singapura. Teman saya itu diminta mengambil kamera seharga sekitar Rp 60 juta itu di Leica Singapura.
Hanya saja, seperti yang sudah umum diketahui, harga kamera Leica ini memang tak bisa dibilang murah, dari ribuan euro hingga belasan ribu euro. ”Leica itu bisa diibaratkan, kalau di dunia otomotif sebagai Mercy-nya. Jadi memang harganya mahal,” kata seorang fotografer menganalogikan Leica dengan merek mobil mewah yang juga buatan Jerman itu.
Meski demikian, Weztlar tak hanya terkenal dengan Leica-nya. Pabrikan kamera lain juga ada di kota berpenduduk sekitar 51.000 jiwa itu, yakni Minox, dan pernah ada juga pabrik kamera Leidolf.
Wetzlar sepertinya menyadari hal itu dan mem-branding kota itu sebagai kota pusat optik. Di berbagai sudut kota, terlihat mulai dari mikroskop, lensa binokular, hingga kamera merek Minox yang semuanya berfungsi.
Wetzlar ingin dunia ingat bahwa revolusi fotografi dimulai di kota itu. (PRASETYO EKO P)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.