Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Suku Buton, Keriaan "Pekande-kandea"

Kompas.com - 15/06/2015, 10:12 WIB
PULUHAN gadis suku Buton bersiap di depan talang (nampan berisi makanan). Riasan di wajah plus busana adat kombo Wolio yang mereka kenakan membuat teriknya siang sedikit berkurang, terutama bagi para tamu yang lapar dan siap disuapi. Disuapi? Ya, gadis-gadis itu memang bakal menyuapi para tamu yang sejak tadi duduk berderet menunggu.

Pekande-kandea atau makan-makan dalam bahasa Wolio (Buton) itu memang sudah dinanti para tamu dari sejumlah daerah di Indonesia yang mengikuti forum group discussion (FGD) menuju Forum Budaya Dunia (WCF) 2016. Sudah dijadwalkan, pada 27 Mei 2015, digelar pekande-kandea di satu lapangan di Keraton Buton, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara.

Semua bersiap. Seseorang mulai membacakan pantun. ”Maimo sapo lapana puuna gau. Katupana mia bari atamajano”. Artinya: ’mari turun (datanglah), telah terwujud tekad yang diikrarkan. Ketupatnya banyak untuk orang banyak, datanglah’.

Seusai pantun dibacakan, dua pemuda berdiri berhadapan dengan masing-masing membawa satu botol air mineral. Keduanya mendesak maju, berusaha menuangkan minuman ke mulut pemuda di depannya. Akhirnya keduanya minum bersama. Acara ini menjadi kode untuk segera memulai pekande-kandea.

Segera setelah dua pemuda minum, pembawa acara meminta para gadis membuka talang. Tampak wajah-wajah semringah, terutama wajah para lelaki. Mimik muka gembira, sedikit jengah, dan lapar, bercampur baur.

Sedetik kemudian, para gadis menawarkan makanan. ”Mau makan nasi pakai lauk apa?” kata gadis bernama Poppy. Lelaki di depannya menunjuk dua lauk. Rupanya ikan dole dan ayam nasu wolio. Ikan dole ini adalah ikan goreng campur kelapa parut. Cara masaknya, ikan (bisa jenis apa saja) digiling halus, dicampur dengan parutan kelapa, lalu digoreng berbentuk segitiga. Ayam nasu wolio mirip dengan opor ayam, tetapi ayamnya dipanggang atau diasap lebih dahulu sebelum dimasak. Bau dan rasanya pun lebih menggoda. Sedap banget, pokoknya.

Setelah memilih makanan sesuai permintaan, Poppy pun menyendok sedikit nasi lontong dan secuil ikan dole lantas menyorongkan sendok ke mulut lelaki itu. Hap, nyam nyam.... Keduanya tertawa renyah, serenyah puluhan pasang lain yang mengikuti pekande-kandea. Setelah beberapa suap, Poppy, remaja Kelas III SMPN 2 Baubau itu, memberikan piring kepada Syahrir, lelaki di depannya, untuk melanjutkan santap siangnya.

Acara suap-suapan tersebut membuat siang makin meriah. Tidak semua orang terbiasa disuapi makanan, apalagi oleh orang yang belum dikenal. Oleh karena itu, banyak terlihat pipi yang bersemu merah. Aiiih.... Sebaliknya, banyak yang senang disuapi makanan, bahkan minta tambah.

Menyambut laskar

Pada zaman dulu, pekande-kandea merupakan tradisi untuk menyambut pulangnya para laskar Kesultanan Buton dari medan perang. Jika para laskar tersebut kembali dengan membawa kemenangan, pekande-kandea jauh lebih meriah lagi. Para gadis bersiap dengan makanannya untuk menyuapkannya ke para anggota laskar yang lelah sebagai penghargaan atas perjuangan mereka di medan laga.

”Tradisi ini terus dilestarikan sampai kini. Pada acara-acara jamuan makan pemerintahan atau menyambut tamu, pekande-kandea dilakukan,” kata budayawan Buton, La Ode Ahmad Munafi. Pekande-kandea ini bisa dibilang sebagai budaya kebersamaan yang diwujudkan dalam pesta makan. Paduan tradisi yang memuat kearifan lokal dan kuliner yang sarat makna. Nilai universal berpadu dengan lokalitas.

Temu jodoh

Di dalam buku Profil Pusaka Kota Baubau yang diterbitkan Bappeda Kota Baubau (2014) disebutkan, ritual pekande-kandea juga dilakukan untuk acara pertemuan muda-mudi. Lewat acara ini, banyak pemuda menemukan jodoh. Biasanya para pemuda memilih dulu gadis yang disukainya sebelum pekande-kandea dimulai. Sejurus setelah ada aba-aba, pemuda itu memburu tempat di depan talang yang ditunggui gadis pujaan.

”Dulu, memang jadi acara mencari jodoh. Kalau sekarang fungsinya untuk mempererat silaturahim, menyambut tamu. Biasanya juga dilakukan sewaktu acara Maulid Nabi Muhammad SAW bagi yang beragama Islam. Tradisi ini terus kami lestarikan karena baik sekali tujuannya, selain juga mengenalkan kuliner khas Buton,” tutur Yulia Widiarti, ketua panitia acara pekande-kandea.

Makanan yang disajikan merupakan campuran menu khas Buton dan lauk sesuai kreasi tuan rumah. Makanan yang harus ada, antara lain waje (wajik), cucur, baruasa (ketela dicampur kelapa parut dan gula), dan bholu (kue bolu). Untuk lauk, sup ikan atau parende yang sungguh sedap itu menjadi menu wajib. Ikan dole juga luar biasa enaknya. Lalu ada sayur konduru, sejenis labu yang dimasak dengan santan, dicampur dengan kelapa parut. Ah sedapnya.... (SUSI IVVATY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering Sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering Sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Travel Update
7 Hotel Dekat Stasiun Gambir, Mulai Rp 125.000

7 Hotel Dekat Stasiun Gambir, Mulai Rp 125.000

Travel Update
Wisata ke Arab Saudi Kini Bisa Pakai Visa Umrah

Wisata ke Arab Saudi Kini Bisa Pakai Visa Umrah

Travel Update
Promo Pameran Saudi Tourism Authority, Diskon Umrah hingga Rp 3 Juta

Promo Pameran Saudi Tourism Authority, Diskon Umrah hingga Rp 3 Juta

Travel Update
Wisatawan Nekat Kunjungi Tangga Haiku di Hawaii meski Sudah Ditutup

Wisatawan Nekat Kunjungi Tangga Haiku di Hawaii meski Sudah Ditutup

Travel Update
P'Narach Food and View, Resto dengan Konsep Unik di Kabupaten Semarang

P'Narach Food and View, Resto dengan Konsep Unik di Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
Bandara di Jepang Ini Tidak Pernah Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun

Bandara di Jepang Ini Tidak Pernah Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun

Travel Update
Air Terjun Dolo: Pesona Alam Lereng Gunung Wilis di Kabupaten Kediri

Air Terjun Dolo: Pesona Alam Lereng Gunung Wilis di Kabupaten Kediri

Jalan Jalan
5 Tempat Wisata Dekat Simpang Lima Semarang, Bukan Cuma Lawang Sewu

5 Tempat Wisata Dekat Simpang Lima Semarang, Bukan Cuma Lawang Sewu

Jalan Jalan
25 Hotel Terbaik di Dunia 2024 Versi TripAdvisor, Ada dari Indonesia

25 Hotel Terbaik di Dunia 2024 Versi TripAdvisor, Ada dari Indonesia

Hotel Story
Barang yang Paling Sering Ditinggal Wisatawan di Bandara, Apa Saja?

Barang yang Paling Sering Ditinggal Wisatawan di Bandara, Apa Saja?

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com