Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersandar di Bilik Sejarah Proklamasi

Kompas.com - 21/08/2015, 09:22 WIB
Oleh kakak kandungnya, Djiauw Chiang Lim, Iin diminta bertahan di rumah Siong. ”Saya lalu membuka kios untuk bertahan hidup,” kata Iin sembari menunjuk kios kecil di bawah pohon mangga di depan rumah. Kios ini menyediakan makanan dan minuman bagi para pengunjung.

Pada hari-hari biasa, tak kurang dari 30 orang mampir ke kiosnya. Mereka bukan hanya pengunjung rumah Siong, melainkan juga warga sekitar. Pada hari-hari khusus seperti Lebaran atau agustusan, pengunjung membeludak hingga ratusan. Iin menilai itu sebagai berkah dari jasa kakeknya membantu pejuang menginapkan Bung Karno dan Bung Hatta.

Kadang datang pengunjung bukan untuk melihat sejarah, melainkan menjalankan kegiatan seperti bersemadi. ”Kadang mengambil air dari sumur di sana. Biasanya setiap malam Jumat Kliwon,”’ ungkap Iin. Bagi Iin, hal itu adalah risiko tinggal di rumah bersejarah. Dia tidak terganggu selama mereka tidak mengusiknya. Yang menganggu justeru kalau datang tamu sampai ratusan orang. Di antara mereka sering ada yang iseng mencuri foto-foto koleksi Iin.

Terdampak banjir

Rumah Siong itu dulu terletak di Dusun Bojong yang hanya sekitar 75 meter dari Sungai Citarum. Belakangan, Citarum sering meluap dan daerah di sekitarnya mengalamai abrasi. Siong memperkirakan rumahnya akan tenggelam jika tidak segera pindah. Maka pada 1957, ia memindahkan rumahnya ke Dusun Kalijaya I, Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Karawang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com