Pada hari-hari biasa, tak kurang dari 30 orang mampir ke kiosnya. Mereka bukan hanya pengunjung rumah Siong, melainkan juga warga sekitar. Pada hari-hari khusus seperti Lebaran atau agustusan, pengunjung membeludak hingga ratusan. Iin menilai itu sebagai berkah dari jasa kakeknya membantu pejuang menginapkan Bung Karno dan Bung Hatta.
Kadang datang pengunjung bukan untuk melihat sejarah, melainkan menjalankan kegiatan seperti bersemadi. ”Kadang mengambil air dari sumur di sana. Biasanya setiap malam Jumat Kliwon,”’ ungkap Iin. Bagi Iin, hal itu adalah risiko tinggal di rumah bersejarah. Dia tidak terganggu selama mereka tidak mengusiknya. Yang menganggu justeru kalau datang tamu sampai ratusan orang. Di antara mereka sering ada yang iseng mencuri foto-foto koleksi Iin.
Terdampak banjir
Rumah Siong itu dulu terletak di Dusun Bojong yang hanya sekitar 75 meter dari Sungai Citarum. Belakangan, Citarum sering meluap dan daerah di sekitarnya mengalamai abrasi. Siong memperkirakan rumahnya akan tenggelam jika tidak segera pindah. Maka pada 1957, ia memindahkan rumahnya ke Dusun Kalijaya I, Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Karawang.