Dua penyanyi sekaligus penari Gandrung Banyuwangi, Mbok Temu dan Kismiyati atau Miya, meredakan suasana dengan nyanyian mistis penolak bala serta tarian klasik yang menghibur. Tak berlangsung lama, muncul penari-penari kuda lumping yang memainkan pecut di tengah penonton.
Suara pecut yang mengentak terasa menyeramkan, tetapi justru membuat penonton semakin penasaran. Pengunjung Festival Tepi Sungai yang memadati 8 kilometer kiri dan kanan Sungai Main, perlahan-lahan memadati panggung Indonesia yang terletak di antara Jembatan Holbeinsteg dan Jembatan Untermainbrucke.
Panggung Indonesia memang paling besar dalam festival kesenian dan kebudayaan terakbar di Eropa ini. Sebagai tamu kehormatan dalam festival yang dikunjungi sekitar 3 juta orang ini, Indonesia mendapat tempat terluas, yakni 10 meter x 80 meter. Penunjukan Indonesia sebagai tamu kehormatan festival, seiring dengan ditetapkannya Indonesia sebagai tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015, Oktober mendatang.
Dalam Festival Tepi Sungai ini, Indonesia juga menyediakan berbagai kuliner khas, mulai dari nasi goreng, sate, lumpia, batagor, nasi kuning, hingga bakwan yang semuanya habis selama tiga hari penyelenggaraan festival.
”Antusiasme penonton jauh di luar perkiraan kami,” kata Slamet Rahardjo, Ketua Komite Pertunjukan, Pameran, dan Seminar Indonesia di Festival Tepi Sungai di Frankfurt.