”Hari pertama, saya cuma menyediakan 2.000 tusuk sate, ternyata habis hanya dua jam,” kata Ketut Sugiri, yang menyediakan berbagai kuliner Indonesia dalam festival tersebut.
Hari kedua, dia menambah menjadi 4.000 tusuk sate, juga habis dalam sekejap. Hari ketiga dia tidak sanggup untuk menambah lebih banyak lagi sate. ”Badan saya sudah tidak kuat. Mohon maaf jika banyak calon pembeli yang tak terlayani,” kata Sugiri.
Citra baru
Bukan cuma dangdut, Kua Etnika, dan barong osing yang ditampilkan Indonesia dalam festival tersebut. Indonesia juga menampilkan kolaborasi jazz Dwiki Dharmawan and World Peace Ensemble, penyanyi bersuara merdu Dira Sugandi dan Mian Tiara, Bonita and the Hus Band, pianis Sri Hanuraga, serta penyanyi rap JFlow. Di stan lainnya, Indonesia menyajikan berbagai kuliner, kain tenun, animasi, serta cendera mata khas Indonesia.
Beragamnya seni dan kuliner yang disajikan memang sudah dirancang sejak awal. Indonesia tidak mau hanya menampilkan atraksi seni-seni tradisional.
”Kami ingin membuat re-branding Indonesia. Membuat citra baru Indonesia,” kata Goenawan Mohamad, Ketua Komite Nasional Frankfurt Book Fair.