Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seniman Memulai "Re-branding" Indonesia

Kompas.com - 09/09/2015, 19:24 WIB
Besarnya antusiasme penonton antara lain terlihat dari padatnya penonton di depan panggung Indonesia dibandingkan dengan panggung negara lainnya. Selain itu, konsumen yang mencicipi masakan Indonesia harus antre panjang, bahkan banyak yang kecewa karena tak kebagian.

”Hari pertama, saya cuma menyediakan 2.000 tusuk sate, ternyata habis hanya dua jam,” kata Ketut Sugiri, yang menyediakan berbagai kuliner Indonesia dalam festival tersebut.

Hari kedua, dia menambah menjadi 4.000 tusuk sate, juga habis dalam sekejap. Hari ketiga dia tidak sanggup untuk menambah lebih banyak lagi sate. ”Badan saya sudah tidak kuat. Mohon maaf jika banyak calon pembeli yang tak terlayani,” kata Sugiri.

Citra baru

Bukan cuma dangdut, Kua Etnika, dan barong osing yang ditampilkan Indonesia dalam festival tersebut. Indonesia juga menampilkan kolaborasi jazz Dwiki Dharmawan and World Peace Ensemble, penyanyi bersuara merdu Dira Sugandi dan Mian Tiara, Bonita and the Hus Band, pianis Sri Hanuraga, serta penyanyi rap JFlow. Di stan lainnya, Indonesia menyajikan berbagai kuliner, kain tenun, animasi, serta cendera mata khas Indonesia.

Beragamnya seni dan kuliner yang disajikan memang sudah dirancang sejak awal. Indonesia tidak mau hanya menampilkan atraksi seni-seni tradisional.

”Kami ingin membuat re-branding Indonesia. Membuat citra baru Indonesia,” kata Goenawan Mohamad, Ketua Komite Nasional Frankfurt Book Fair.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com