Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Geliat Korea Seusai MERS

Kompas.com - 23/09/2015, 10:31 WIB
SEJAK awal Agustus 2015, Korea seolah hidup kembali. Hotel, pusat perbelanjaan, tempat wisata, restoran, dan sejenisnya mulai dipadati wisatawan dari sejumlah negara. Padahal, pada Juni hingga Juli 2015, negara itu nyaris sepi wisatawan setelah ditemukan virus Middle East Respiratory Syndrome atau MERS yang menewaskan 33 orang.

Akhir Agustus lalu, kami memulai perjalanan dari Hotel Lotte di Seoul, ibu kota Korea Selatan, menuju Everland, sekitar 50 kilometer arah selatan. Perjalanan siang itu cukup lancar. Jalan tol yang kami lalui benar-benar bebas hambatan sehingga hanya dalam waktu 40 menit, kami sudah tiba di kawasan taman hiburan terbesar di Korea.

Di sana, ratusan ribu wisatawan lokal dan mancanegara memadati taman hiburan terbesar ketujuh di dunia itu. Mereka datang sejak pukul 08.00 waktu setempat menggunakan kendaraan pribadi dan bus-bus pariwisata.

Para wisatawan itu lalu lalang dari satu lokasi panorama dan permainan ke lokasi lain dalam kawasan seluas lebih kurang 10 hektar. Mereka tidak lagi mengenakan masker sebagai upaya pencegahan terhadap virus MERS. Penggunaan masker menjadi pemandangan umum di jalan-jalan di Korea Selatan sepanjang Juni dan Juli.

”Saat ini, Korea sudah bebas virus MERS sehingga pengunjung tidak perlu memakai masker. Itu sebabnya, pengunjung Everland ramai lagi. Pada Juni-Juli, saat MERS menyerang Korea, jumlah pengunjung yang datang ke sini turun tajam,” kata Jun Kwon, pegawai penjualan Everland.

Taman hiburan Everland berada di Yongin, Provinsi Gyeonggi, selatan Seoul. Kawasan wisata yang menampilkan ratusan jenis hiburan, termasuk kebun binatang dan arung jeram, itu mulai dioperasikan tahun 1976. Jumlah pengunjung terus membeludak sehingga Everland menjadi salah satu andalan tujuan wisata di Korea. Tahun 2008, jumlah pengunjung 6,6 juta orang. Tahun 2013 naik menjadi 7,303 juta orang dan tahun 2014 mencapai 7,381 juta orang.

Pukulan berat

Kasus virus MERS yang ditemukan di Korea pada 22 Mei 2015 sungguh memukul industri pariwisata negeri itu. Wisatawan dari sejumlah negara langsung membatalkan rencana kunjungan ke Korea. Bahkan, tidak sedikit penumpang yang akan terbang ke sejumlah negara tidak mau terbang menggunakan pesawat Korean Air karena pasti menyinggahi Bandara Internasional Incheon, Seoul.

Jumlah wisatawan dari Hongkong selama Juni, misalnya, turun tajam sekitar 70 persen. Dari negara lain, seperti Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, Eropa, dan negara-negara Asia Tenggara, jumlah wisatawan juga anjlok minimal 40 persen. Jumlah kunjungan wisatawan dari Tiongkok menuju Pulau Jeju, salah satu tujuan wisata terpopuler di Korea, pada Juni 2015, juga menurun 46 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014.

Pusat perbelanjaan kosmetik juga mengalami penurunan jumlah pengunjung yang tajam. Kim Yon-hwa (25), pramuniaga sebuah toko kosmetik di Myeongdong, pusat perbelanjaan terpopuler di Seoul, menyaksikan perubahan drastis akibat mewabahnya MERS.

”Jalan di sekitar toko kosmetik di kawasan itu dahulu dipadati pengunjung. Namun, selama Juni-Juli, jalan sangat sepi, bahkan nyaris kosong. Situasinya tidak sekadar krisis yang parah, tetapi sangat serius. Saya nyaris tidak percaya dengan situasi itu,” ujarnya.

Total jumlah wisatawan asing ke Korea selama Juni 2015 hanya 750.925 orang atau turun 41 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014 sebanyak 1.273.627 orang. Korea sangat terpukul dengan penurunan jumlah kunjungan wisatawan asing itu. Jika penurunan mencapai 50 persen, Wakil Menteri Pariwisata Korea Selatan Kim Chong memperkirakan, Korea Selatan bisa kehilangan devisa sekitar 2,3 triliun dollar AS.

Sadar akan krisis yang memberatkan itu, Pemerintah Korea Selatan melakukan segala cara untuk membasmi virus MERS. Hasilnya, mulai awal Juli 2015, virus yang mematikan itu tak lagi ditemukan di Korea Selatan. Masyarakat setempat semakin bebas dan leluasa bepergian ke mana saja tanpa menggunakan masker atau alat pengaman lain.

”Saat ini, Korea sesungguhnya sudah terbebas dari MERS. Namun, masyarakat di luar Korea masih waspada sehingga membutuhkan kerja keras dari kami untuk lebih meyakinkan bahwa Korea memang sudah bersih dari virus mematikan itu. Ini pekerjaan yang berat, tetapi kami terus berusaha,” ujar Direktur Korea Tourism Organization wilayah Asia dan Timur Tengah Kijung Jun.

KOMPAS/JANNES EUDES WAWA Para wisatawan mulai berbelanja kosmetik di kawasan Myeongdong, Kota Seoul, Korea. Belanja kosmetik kini menjadi salah satu daya tarik.
Kerja bersama

Anggota rombongan perjalanan kami ke Korea Selatan ini 37 orang, terdiri dari para pengelola biro perjalanan dan wartawan dari Indonesia dan Singapura, termasuk Kompas. Kepergian itu difasilitasi Korean Air, salah satu maskapai terbesar di Korea.

Dalam upaya pemulihan pariwisata ini, semua pihak di Korea, seperti hotel, tempat wisata, biro perjalanan, maskapai, dan pemerintah, saling bahu-membahu. Mereka mengundang wartawan dan biro perjalanan dari sejumlah negara untuk datang dan melihat langsung kondisi terkini Korea.

”Pemulihan pariwisata ini butuh kerja bersama semua pihak terkait. Kami saling berbagi beban dan peran sehingga kegiatan besar ini berjalan efektif dan optimal serta memberikan hasil yang memuaskan,” kata General Manager Korean Air Wilayah Asia dan Timur Tengah Baa Sangwook.

Lima tahun terakhir, pariwisata Korea berkembang pesat. Wisatawan yang datang tidak sebatas menikmati panorama dan tradisi budaya setempat. Demam K-Pop dan drama Korea ikut memicu wisatawan asing melihat dan merasakan dari dekat. Bahkan, Korea kini menjelma menjadi negara yang mampu mengubah wajah manusia menjadi lebih menawan dan cantik. Operasi plastik dan belanja kosmestik menjadi salah satu tujuan wisata ke Korea.

”Cukup banyak orang Indonesia ke Korea untuk mengubah wajahnya menjadi lebih cantik dan tampak muda. Mereka tidak hanya artis, tetapi juga kalangan profesional lain. Tren ini cenderung meningkat,” kata Wakil Presiden Wita Tour Ruddy Luhur. (Jannes Eudes Wawa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com