Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Nusa Jaga Utara

Kompas.com - 28/09/2015, 08:53 WIB
Ketua RT 002 Nurdin Mallu dan Ketua RT 004 Agung menemani menyusuri tanggul pencegah abrasi pantai di sisi barat pulau. ”Kalau tidak ditanggul, suatu saat Sebira bisa lenyap gara-gara abrasi,” kata Mallu.

Sore itu dihabiskan dengan menikmati senja di pantai dan mengagumi mercusuar buatan Belanda tahun 1869. ”Sudah sampai Sebira, belum afdal jika enggak berani naik,” kata Joko Darmaji, teknisi Menara Suar Jaga Utara.

Tangga besi yang berkarat dan amat tua sempat menciutkan nyali. Namun, beberapa anak yang turut naik ke menara membuat diri malu. Apalagi godaan menikmati senja dari pucuk mercusuar terlalu sayang untuk dilewatkan.

Senja Sabtu dari puncak mercusuar adalah hidangan mata yang eksklusif. Di kejauhan terlihat beberapa menara pengeboran minyak lepas pantai.

Mercusuar itu bernama Noordwachter yang di masa Indonesia menjadi Jaga Utara. Sebelum 1980, Sibira, Sabira, atau Sebira tak dikenal sebagai nama pulau ini, tetapi Noordwachter atau Jaga Utara. ”Dalam navigasi belum lazim disebut Sebira, tetapi Jaga Utara,” kata Joko, lelaki yang meninggalkan keluarga di Bekasi demi tugas menjaga mercusuar.

Kehidupan

Mayoritas warga Sebira adalah nelayan. Warga pun bukan asli penduduk setempat, melainkan pindahan dari pulau lain di Kepulauan Seribu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com