Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Sungai Pulau Bumi "Sikerei"

Kompas.com - 08/12/2015, 11:18 WIB
Sepanjang pinggir kiri dan kanan Silaoinan memang memesona. Nuansa hijau dan asri tercipta oleh berbagai jenis pohon berukuran besar hingga kecil. Kicau burung berpadu suara gemercik air sungai membuatnya semakin eksotis.

Pohon sagu yang menjadi salah satu sumber makanan pokok warga Mentawai juga tumbuh subur. Di beberapa lokasi, kami menemukan warga yang tengah mengambil batang sagu.

Setelah dipotong menjadi beberapa bagian, batang-batang sagu itu diikat lalu dihanyutkan ke sungai. Seorang warga naik di atas ikatan batang sagu itu untuk menjaganya.

Ladang-ladang warga, tempat pisang, keladi, dan tanaman lain tumbuh subur, juga menghiasi sepanjang Silaoinan. Di dekat ladang terdapat uma atau rumah tradisional Mentawai. Babi-babi yang diternakkan warga juga terlihat berkeliaran di sekitar kandangnya.

Kepala Dusun Salappak Rengge Satoinong yang menemani kami mengatakan, Silaoinan sangat populer pada 1980-an dan awal 1990-an.

Wisata budaya

Rengge menuturkan, paket trip yang ditawarkan kala itu adalah perjalanan dari Desa Muntei, Siberut Selatan, menuju Dusun Rogdok, Desa Madobag. Dari sana, mereka selanjutnya ke uma salah satu suku yang berada di antara Dusun Rogdok dan Dusun Salappak.

Di uma itu, rombongan menginap empat malam. Selama di sana, wisatawan diajak menyaksikan aktivitas suku Mentawai, seperti membuat racun panah lalu berburu, menyaksikan muturuk (tarian), dan ibu-ibu membuat makanan dari sagu, atau menyaksikan warga suku Mentawai membuat kabit.

Kabit adalah kain pengganti celana, biasa dipakai oleh sikerei atau dukun/juru pengobatan ketika melakukan pengobatan. Di Pulau Siberut inilah tempat sikerei bisa ditemui. Oleh karena itu, Pulau Siberut disebut juga Pulau Bumi ”Sikerei”.

Dari uma, perjalanan dilanjutkan ke Salappak dan singgah di sana. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan ke Dusun Gotap, Desa Saliguma, Siberut Tengah, di pesisir pantai.

”Wilayah pedalaman Siberut, seperti Silaoinan, menarik dijadikan wisata budaya. Banyak kebudayaan asli Mentawai yang belum diketahui orang. Kini, kunjungan wisatawan ke Mentawai kembali menggeliat. Kunjungan itu didominasi wisata selancar dan menyelam,” katanya.

Menurut Manajer Program Inklusi Sosial Yayasan Citra Mandiri Mentawai Pinda Tangkas Simanjuntak, meskipun wisata bahari kian populer di Mentawai, wisata sungai dan budaya Mentawai tidak hilang begitu saja.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com