Sambil menyalakan senter dan terus mengayuh perahu, pemandu tiba-tiba meminta wisatawan untuk merebahkan badan di atas perahu. Posisi badan harus benar-benar lurus, hingga wajah menatap ke langit-langit goa. Wisatawan tak lagi diperbolehkan menggunakan kamera.
Semakin dalam, jarak antara tubuh dan langit-langit goa semakin dekat. Bahkan, bebatuan runcing di langit-langit goa sampai nyaris menggores wajah dan bagian tubuh para wisatawan. Tak hanya di langit-langit, di bagian kiri dan kanan perahu, jaraknya juga mulai menyempit.
Sesekali, perahu yang ditumpangi tersangkut bebatuan, sehingga para pemandu yang tak cukup ruang untuk mengayuh dayung harus bekerja keras mendorong perahu dengan tangan kosong.
Pengunjung yang baru pertama kali memasuki goa ini sudah pasti dibuat panik dengan keadaan tersebut. Belum lagi, kondisi di dalam perut naga lebih panas, karena jumlah oksigen semakin berkurang.
Meski demikian, wisatawan tidak perlu merasa khawatir, karena para pemandu di tempat ini telah terlatih dan biasa menembus ruang-ruang sempit di dalam goa.
Untuk mengunjungi tempat ini, wisatawan disarankan datang pada musim kering. Pada musim hujan, tinggi air biasanya meningkat sehingga tempat wisata ini tidak dibuka. Kondisi air pasang dikhawatirkan dapat membahayakan keselamatan pengunjung.
"Tetapi hati-hati bagi anda yang berperut buncit, takut-takut tersangkut di dalam goa," ujar seorang pengunjung sambil tertawa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.