Masjid berhias 17 kubah itu dilengkapi dua rumah di halaman depan. Di masa lalu, rumah-rumah itu difungsikan sebagai tempat istirahat pengelana atau dijadikan tempat bermufakat.
Kini, satu rumah dijadikan tempat shalat perempuan, satu lagi dijadikan ruang baca. Untuk istirahat pelancong, ada balai di antara dua rumah itu.
Di dalam masjid, pelancong antara lain akan menemukan Al Quran yang ditulis Abdurrahman Istanbul. Pria asal Riau itu dikirim Kesultanan Riau-Lingga belajar ke Turki pada 1867. Salah satu peninggalannya adalah Al Quran yang tersimpan di Masjid Penyengat.
Gandrung pengetahuan
Pembesar Riau-Lingga memang gandrung pengetahuan sehingga kesultanan itu menghasilkan banyak hal penting yang dampaknya terasa sampai sekarang.
Bustanul Katibin, kitab tata bahasa Melayu modern, disusun Raja Ali Haji pada 1850 di Pulau Penyengat kala Riau-Lingga diperintah Sultan Mahmud IV Muzafar Syah.
Buku itu adalah literatur tata bahasa pertama untuk bahasa Melayu modern, induk bahasa Indonesia.