Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyaksikan Tortor Batak Asli Tak Perlu ke Lagu Boti, di Medan Juga Ada

Kompas.com - 30/05/2016, 13:18 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

"Ini pesta rakyat, pesta kita semua, tapi kali ini pemuda dan pemudi Parmalim dan Ugamo Bangso Batak yang berperan aktif. Seni dan budaya yang mereka tampilkan adalah simbol kekerabatan, hubungan baik, silaturrahmi antar sesama warga di sini. Kita sudah mendeklarasikan Kota Medan sebagai Kota Inklusi. Maka mari sama-sama kita wujudkan dengan tidak membeda-bedakan, membuang semua stigma dan prasangka, dan ciptakanlah kedamaian," kata Direktur Program ASB, Ferry Wira Padang, pekan lalu.

Maka, saya pun ikut bergoyang seadanya saat suara Taganing yaitu lima buah gendang ditabuh mengiringi lirik-lirik Sarune yang mendominasi. Sesekali terdengar bunyi Pangora, Ogung, Hesek atau gong dipukul. Lalu perkusi (saya dengar bunyinya mirip botol yang dipukul dengan batang kayu).

Para penari, laki-laki dan perempuan mengenakan ulos di bawah panggung bergerak dengan ritme teratur, perlahan semakin cepat, membentuk lingkaran, lalu manortor panjang. Ternyata bukan saya saja, ratusan undangan dan pengunjung ikut menggoyangkan tubuhnya, ada yang masih malu-malu.

Irama gondang mulai dari Gondang Mula-mula dan Gondang Somba versus Tortor Somba yang merupakan tarian penghormatan benar-benar menghipnotis. Ada yang unik, budaya saweran.

Para penari dan penyanyi selalu mendapat lembar-lembar uang mulai Rp 2.000 sampai Rp 100.000. Para pemberi adalah kerabat yang yang punya pertalian marga atau memang senang dengan aksi yang disuguhkan. Satu memulai, maka para tamu dan pengunjung lain akan mengikuti.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com