TARIAN belibis nan lincah dan dinamis yang disajikan dua penari, Gian Oktiana dan Resti Hardya, memikat perhatian warga kota Suwon, Korea Selatan, yang berkunjung di Lotte Mall, Suwon, Sabtu (28/5/2016). Lenggak-lenggok keduanya diiringi musik tradisional Bali yang rancak memesona pengunjung.
Anak-anak, remaja, dan orang tua tak beranjak dari tempat mereka berdiri. Keelokan tarian dari ”pulau dewata” itu memancing tepuk tangan spontan pengunjung saat kedua penari menuntaskan gerakan tari yang terinspirasi polah tingkah burung belibis itu.
Tari belibis adalah satu dari beberapa tari tradisional yang dipertunjukkan pada acara promosi pariwisata Indonesia yang diadakan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di Suwon, 28-29 Mei. Turut dipertunjukkan juga tari ondel-ondel (Jakarta), genjring (Jawa Barat), ruai (Kalimantan Barat), dan zapin (Riau).
Kemenpar memboyong tiga penari, Gian, Resti, dan Rusdi, dari Sanggar Gemilang Nusantara Dancer serta dua pemain alat musik tradisional, yaitu Samuel Pendra yang memainkan sape dari Kalimantan Barat dan pemain sasando Jeagril Pah.
Kedua pemusik duet secara akustik membawakan lagu-lagu daerah, seperti ”Suwe Ora Jamu” dan ”Sinanggar Tulo”, juga lagu-lagu pop. Promosi pariwisata ini juga mengenalkan kopi Nusantara racikan barista Aminin Yuniarsih yang digemari para pengunjung mal.
Kepala Bidang Misi Penjualan Wilayah Asia-Pasifik Kemenpar Jordi Paliama menuturkan, tahun 2016, Kemenpar menggelar promosi wisata ke tiga kota terbesar di Korsel, yaitu Seoul, Busan, dan Suwon, dalam waktu berbeda.
Promosi digencarkan untuk menggaet wisatawan asal Korsel dalam rangka mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Nusantara. ”Tahun ini kunjungan wisman asal Korsel ditargetkan sebanyak 400.000 orang,” ujarnya.
Kunjungan warga Korsel ke Indonesia tercatat meningkat meskipun tidak pesat. Tahun 2014, kunjungan wisatawan Korsel ke Tanah Air sebanyak 328.122 orang dan tahun 2015 menjadi 338.671 orang. Kunjungan warga Korsel ke luar negeri tumbuh pesat sehingga banyak negara berlomba menarik perhatian mereka.
Manajer Humas dan Marketing Visit Indonesia Tourism Officer Korea Cherry Kim menyebutkan, tahun 2010, jumlah warga Korsel yang berwisata ke luar negeri sebanyak 12,48 juta orang.
Tahun 2011, jumlahnya naik menjadi 12,6 juta orang, tahun 2012 melonjak menjadi 13,7 juta orang atau tumbuh 8,2 persen, tahun 2013 menanjak menjadi 14,8 juta orang (8,1 persen), dan tahun 2014 tumbuh menjadi 16,08 juta orang (8,3 persen).
Tahun 2015, jumlah wisatawan mencapai pertumbuhan tertinggi, 20,1 persen, dengan 19,3 juta orang dari 51 juta warga Korsel bepergian ke luar negeri.
Tumbuh
Tahun 2016, tingkat kunjungan warga Korsel ke luar negeri juga menunjukkan pertumbuhan. Pada Januari 2016 tercatat 2,1 juta orang berwisata ke mancanegara. Jumlah itu lebih banyak dari periode Januari 2015 sebanyak 1,8 juta orang.
Pada Februari 2016 tercatat 1,8 juta orang, lebih banyak dari Februari 2015 sebanyak 1,4 juta orang. ”Kunjungan terbanyak adalah ke Tiongkok, kemudian Jepang, dan ketiga ke Amerika Serikat. Indonesia ada di nomor 11,” papar Cherry.
Pada tahun 2015, jumlah kunjungan warga Korsel ke Tiongkok mencapai 4,4 juta, meningkat dari tahun 2014 sebanyak 4,1 juta orang. Jepang dikunjungi 4 juta orang Korsel selama tahun 2015, melonjak dari kunjungan tahun 2014 sebanyak 2,7 juta orang. Amerika Serikat tahun 2014 dikunjungi 1,4 juta orang. Adapun Indonesia pada kurun tahun 2015 ”hanya” dikunjungi 338.671 orang.
Indonesia jauh di bawah Filipina dan Thailand yang sama-sama menggaet 1,3 juta wisatawan Korsel tahun 2015, naik dari 2014 yang masing-masing dikunjungi lebih kurang 1,1 juta orang Korsel.
Indonesia juga tertinggal dari Singapura, Malaysia, dan Vietnam. Vietnam pada tahun 2015 bahkan telah menarik kunjungan 1,1 juta wisatawan Korsel. Jumlah itu melonjak 38 persen dari tahun 2014 sebanyak 832.969 orang.
Pertumbuhan jumlah kunjungan warga Korsel ke luar negeri dipengaruhi sejumlah hal, di antaranya tarif penerbangan sekarang lebih murah seiring menurunnya harga minyak dunia.
Selain itu, semakin banyak layanan penerbangan berbiaya murah untuk destinasi jarak dekat dan menengah. Peraturan ketenagakerjaan di Korsel juga memberikan hak kepada tenaga kerja memilih hari libur untuk menggantikan libur ”tanggal merah” yang jatuh pada akhir pekan.
Warga Korsel menggemari berwisata lantaran sehari-hari sibuk bekerja. Jam kerja di Korsel termasuk paling lama dibandingkan negara-negara anggota Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), yakni 44,6 jam seminggu. Kinerja ekonomi yang baik juga mendorong pertumbuhan wisatawan.
Ekonomi Korsel pada tahun 2014 tumbuh 3,3 persen, meningkat dari tahun 2013 sebesar 2,9 persen. Nilai tukar mata uang won juga terus menguat terhadap dollar AS. Tahun 2013,1 dollar AS sama dengan 1.095 won, sedangkan tahun 2014 menjadi 1.053 won.
Total pengeluaran perjalanan wisata warga Korsel sangat menggoda bagi bisnis pariwisata negara-negara lain. Tahun 2014, total pengeluaran mereka sebanyak 19,4 miliar dollar AS dan 2015 meningkat menjadi 21,2 miliar dollar AS.
Dalam berwisata ke luar negeri, warga Korsel mengutamakan keamanan negara yang dituju, nilai uang, daerah tujuan wisata yang ramah dan bersahabat, serta keindahan alam berkelas dunia.
Menurut Koordinator Fungsi Media Sosial dan Budaya Kedutaan Besar RI untuk Korsel Fuad Adriansyah, tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menggaet wisatawan Korsel adalah jauhnya jarak geografis. Penerbangan langsung dari Korsel menuju Indonesia membutuhkan waktu tempuh hingga tujuh jam.
Dalam persepsi masyarakat Korsel, itu terlalu lama dan sangat jauh. Lebih cepat jika berwisata ke Thailand, Filipina, atau Vietnam sehingga negara tetangga itu lebih banyak dikunjungi warga Korsel. ”Jarak yang lebih jauh berdampak pada biaya perjalanan yang lebih mahal,” katanya.
James, seorang pemandu wisata di Korsel, mengatakan, Indonesia perlu semakin gencar berpromosi. Selama ini, masyarakat Korsel cenderung hanya mengenal Bali.
Itu pun banyak yang tidak tahu bahwa Bali adalah salah satu provinsi di Indonesia. ”Orang Korsel paling banyak pergi berwisata ketika musim dingin dan musim panas,” ujarnya. (Erwin Edhi Prasetya)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.