Oleh MAWAR KUSUMA WULAN
Suniah (60) sibuk menyalakan bara api dengan menggunakan blarak atau daun pohon kelapa. Blarak itu berbunyi kretek-kretek ketika api mulai merambati lembar demi lembar daunnya yang kering.
Bara dari blarak yang awet menyala inilah yang menjadi bahan bakar utama untuk mematangkan pecel pitik, masakan ritual khas orang Using di Desa Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur.
Bagi orang Using, Banyuwangi, pecel pitik punya tempat khusus di hati karena hanya dihidangkan sebagai suguhan dalam beragam upacara ritual. Seusai ritual barong ider bumi di Desa Kemiren, pada hari kedua Lebaran lalu, misalnya, puluhan warga bersama bersantap pecel pitik. Barong ider bumi merupakan upacara tua tolak bala dan bersih desa warga Kemiren.
Barong tua berpawai diiringi warga yang berpakaian baju adat dan para pemusik di jalan utama desa. Setelah itu, warga menggelar alas duduk di sepanjang jalan dan membuka baskom-baskom berisi pecel pitik.
”Pecel pitik itu harus ada saat selamatan atau ritual, mulai dari selamatan sawah, selamatan desa, hingga akad nikah. Disertai doa dan harapan agar sesuatu yang digeluti setiap hari berbuah kebaikan,” kata Ketua Adat Desa Kemiren, Suhaimi. Ayam dipilih karena mudah didapat dan harganya terjangkau. Hampir semua warga kemiren juga memelihara ayam sendiri.
Pecel pitik tidak menjadi hidangan sehari-hari warga Kemiren sehingga kadang muncul rasa kangen warga terhadap pecel pitik. Bu Lurah Kemiren Lilik Yuliati (38), misalnya, lama kuliah di Surabaya dan setiap kali pulang selalu rindu dengan olahan pecel pitik.
”Kalau kangen pecel pitik, biasanya menyiasati pulang nunggu ada selamatan sawah,” kata Lilik.
Kini, pecel pitik mulai disuguhkan untuk wisatawan yang mengunjungi desa adat Kemiren dengan hadirnya rumah makan Kedai Kemangi yang dikelola dengan dana alokasi desa.
Rumah makan berkapasitas tempat duduk 150 orang ini menghidangkan menu tradisional khas Using dan penuh sesak oleh pengunjung. Pada akhir pekan, pengunjung harus terlebih dulu menelepon untuk reservasi jika ingin kebagian tempat duduk.
Menu utama yang banyak diburu adalah pecel pitik dan uyah asem. Seperti pecel pitik, uyah asem selalu ada sebagai hidangan di upacara kematian atau selamatan pendirian rumah. Kedua menu tersebut berbahan dasar ayam kampung dan diolah dengan bumbu lokal terbaik.
Meskipun bisa dinikmati di rumah makan, kedua masakan ritual ini tetap diolah dengan cara tradisional di rumah warga, yaitu di rumah Mbah Suniah.