Tengok saja instrumen musik tarian gandrung. Tarian asli Banyuwangi ini mengadopsi biola dalam instrumennya sejak dua abad lalu. Peleburan juga tampak pada makanan khas Banyuwangi, seperti rujak soto, yang merupakan perpaduan rujak cingur dan soto, atau pecel rawon yang memadukan sayur pecel dan kuah rawon.
Kedinamisan itulah yang membuat Banyuwangi berbeda dari daerah lain di Jawa. Kultur Banyuwangi terus berkembang mengikuti zaman, tetapi tetap menjaga kelokalan mereka.
Titik balik
Keistimewaan-keistimewaan tersebut dimanfaatkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk membuka babak baru sejarah Banyuwangi. Alam liar yang dahulu menakutkan para penjelajah kini dimanfaatkan menjadi ekowisata.
Perkebunan yang menjadi tempat pembuangan orang-orang kriminal kini justru menjadi tempat wisata favorit turis Belanda. Tradisi yang dahulu hanya dipentaskan di perkampungan kini dipoles dan dibawa ke panggung nasional, bahkan ke kancah internasional.
Pemkab Banyuwangi memberi sentuhan modern pada festival yang mereka adakan, mulai dari pergelaran musik jazz, olahraga surfing, balap sepeda, hingga kite surfing. Dipadukan dengan kekayaan alam laut dan gunung yang telah dimiliki sejak lama serta promosi yang gencar, Banyuwangi pun bersinar sebagai destinasi wisata dunia.