Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati "Sunset" di Pegunungan Washuzan...

Kompas.com - 13/12/2016, 20:07 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Liburan ke suatu tempat rasanya kurang lengkap jika tak melihat matahari terbenam atau sunset saat senja. Begitu pula di Jepang.

Salah satu lokasi yang terkenal di Jepang untuk menikmati sunset adalah di Washuzan Observatory di Kojima, Kurashiki, Prefektur Okayama.

Jembatan Seto-Ohashi dan laut Pedalaman Seto menjadi pelengkap sunset.

Jembatan Seto-Ohashi adalah salah satu karya besar arsitektur Jepang. Jembatan itu mulai dibangun tahun 1978 dan beroperasi tahun 1988.

Jembatan sepanjang 13,1 kilometer itu adalah jembatan double decker. Pada bagian atas merupakan jalur tol untuk kendaraan roda empat atau lebih dan bagian bawah terdapat jalur kereta api cepat Shinkansen.

(BACA: Jepang Tak Hanya Tokyo, Ini Alasan untuk Berkunjung ke Okayama)

Jembatan Seto-Ohashi adalah satu dari tiga jembatan yang menghubungkan Pulau Honshu dan Shikoku.

Di perjalanan, pemandu kami bercerita sejarah dibangunnya jembatan tersebut.

Pada 1955, terjadi bencana tabrakan kapal feri Shiun Maru dengan kapal Ukon Maru di lepas pantai Takamatsu di Laut Dalam Seto.

Sebanyak 171 orang tewas dalam peristiwa itu. Sekitar 100 orang di antaranya anak sekolah yang tengah menikmati karya wisata.

Tragedi itu yang mendorong pemerintah Jepang untuk menghubungkan pulau-pulau besar dengan jembatan atau terowongan berapa pun biayanya.

SANDRO GATRA/KOMPAS.com Matahari tenggelam dilihat dari Washuzan Observatory di Kojima, Kurashiki, Provinsi Okayama, Jepang.
Menuju jembatan Seto-Ohashi, bis yang kami tumpangi melewati jalan berliku dan menanjak di kawasan pegunungan Washuzan menuju Kota Kurashiki.

Bus juga melewati empat terowongan yang menembus gunung. Saya menikmati panorama selama perjalanan.

Rombongan kami tiba sekitar pukul 16.00 waktu setempat.  Begitu keluar dari bus, udara dingin sekitar 10 derajat celcius langsung menyambut. Embusan angin bisa membuat menggigil.

Jadi, pastikan memakai jaket tebal jika ingin berkunjung pada musim dingin seperti saat ini.

Menuju lokasi pengamatan, pengunjung harus berjalanan menanjak sekitar 100 meter dari lahan parkir.

Saya semringah begitu pertama kali melihat pemandangan di depan mata saat sampai di Washuzan Observatory. Ekspresi sama terlihat dari wajah turis lainnya.

Hamparan Laut Pedalaman Seto, pulau-pulau kecil, langit senja dan bentangan jembatan Seto-Ohashi di arah barat terlihat tanpa halangan dari ketinggian di pegunungan Washuzan.

Sesekali, kapal berlayar di bawah jembatan dan burung terbang melintas di langit.

Awalnya, saya sedikit kecewa karena matahari masih tertutup awan. Langit masih biru. Lama kelamaan, langit berubah menjadi jingga begitu matahari muncul dari balik awan. Indah.

Di lokasi pengamatan itu disediakan bangku jika ingin menikmati keindahan lanskap alam dan siluet jembatan Seto-Ohashi sambil duduk rileks. Ada pula teropong untuk melihat lebih dekat.

Pada musim dingin, melihat matahari tenggelam dari Washuzan dilakukan sebelum pukul 17.00 waktu setempat. Pasalnya, pada pukul 17.00, matahari sudah tenggelam.

Pada malam hari tak kalah indah. Jembatan bercahaya setelah lampu-lampu dinyalakan. Jangan lupa kamera yang cukup mumpuni untuk merekam momen Anda.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com